Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kita Sudah Seharusnya Memasuki Era Demokrasi Lewat Jari

2 November 2016   11:13 Diperbarui: 2 November 2016   18:52 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Lifehack.org

Tulisan ini diinsipirasi dengan berhembusnya gosip nasional yang menyebutkan bahwa pada tanggal 4 November 2016 nanti akan ada demonstrasi besar-besaran di depan istana negara. Terlepas dari niat demo yang katanya damai dan santun, tulisan saya ini lebih mengajak para Kompasianer untuk berpikir berbeda. Saya lebih suka membahas dari sudut pandang pemikiran pemuda pendobrak atau generasi pemikir bukan kalangan idealis atau anarkis. 

Penting Nggak Sih?
Hiruk pikuk penistaan agama oleh Ahok bukanlah hal krusial bila dilihat dari substansi materi karena bila ditelaah lebih lanjut masih banyak pro dan kontra terhadap cara dan maksud penyampaian. Selain itu Ahok juga sudah meminta maaf dan menjelaskan maksudnya. Sampai pada tahap ini banyak pihak yang belum puas. Mungkin karena muatan politis menjelang PIlkada DKI isu terus digulir dan melebar sampai niat demo besar-besaran. Apakah demo ini menjadi hal yang krusial? Apakah tidak ada jalan lain yang lebih sesuai?

Saya tidak membahas soal agama disini karena memang sudah ada forum dan pakar yang lebih kompeten untuk hal itu. Juga persoalan hukum yang sedang ditindaklanjuti, biarkan kepolisian menanganinya. Disini, saya sebagai seorang dari kalangan pemuda bermaksud menyinggung beberapa hal mengenai perubahan. Semoga para Kompasianer menafsirkan  pembahasan dengan tepat.

Menangani bangsa semajemuk bangsa Indonesia bukanlah urusan yang mudah. Dari presiden sampai lurah juga setuju bukan? Tapi bukan pula pekerjaan mustahil. Buktinya negara ini merdeka, berdiri dan masih tegak menerjang gerusan globalisasi yang terus-menerus terjadi. Mungkin kita perlu sejenak memandang keluar dari Indonesia untuk bisa menghargai kondisi bangsa kita dibanding bangsa-bangsa lain. Bukan untuk bermaksud sombong dan berpuas diri, tapi kita harus bersyukur bahwa negara kita masih dalam keadaan tenang dan relatif damai. Dan kondisi itu yang harus selalu kita jaga.

Mudah sekali kita melirik dengan perasaan iri akan kemajuan bangsa lain dibanding bangsa Indonesia. Apalagi dibanding dengan pencapaian bidang teknologi dan industri. Kita akan banyak memendam kesal karena melihat potensi alam Indonesia yang tidak termaksimalkan. Sebagian malah dinikmati oleh pihak-pihak yang kurang peduli dengan kemakmuran rakyat dan malah sibuk memperkaya diri sendiri. Tapi hal itulah yang menjadi perjuangan sejak bangsa ini masih dijajah dulu sampai sekarang dan di masa mendatang. Yaitu menegakkan keadilan yang sulit untuk ditegakkan baik oleh bangsa sendiri. 

Ketidakpuasan dan kemarahan pemuda melihat kesenjangan inilah yang selalu menjadi ajang perebutan banyak pihak. Bukan hanya dari luar negeri, tapi juga didalam negeri kita. Banyak sekali yang mencoba memanfaatkan demi kepentingan masing-masing. Bisa jadi demi kepentingan kekuasaan dan politik, perdagangan regional, persaingan antar negara sampai urusan pengaruh agama. Tapi pertanyaan pentingnya: apakah posisi pemuda memang hanya untuk kepentingan seperti itu?

Perubahan Radikal
Semua pihak pasti setuju dengan pernyataan bahwa pemuda adalah penggerak terdepan dari perubahan. Namun perubahan yang bagaimana? Perubahan radikal? Perubahan sistematis? Atau perubahan bertahap? Saya sendiri tidak tahu pasti, tapi setuju dengan pernyataan kalau perubahan itu harus dilakukan dengan bertahap dan sistematis. Artinya perlu ada perencanaan dan kalkulasi yang tepat. 

Apakah perubahan radikal harus selalu dihindari? Menurut saya tidak juga. Malah perubahan radikal bisa menjadi jawaban untuk sebuah permasalahan yang dianggap sudah menemui jalan buntu/stagnan.

Dalam industri IT yang menjadi aktivitas keseharian saya, dikenal istilah Disruption Technology. Biasanya ini banyak dilakukan oleh para startup yang membuat inovasi dan terobosan untuk sebuah masalah yang sudah berlangsung lama. Model pendekatan dengan inovasi yang mengguncang tatanan lama ini terbukti sukses dan bisa menggoyang kekuatan perusahaan yang sudah lama. Contohnya seperti kasus AirBnB yang mengguncang industri perhotelan, Uber yang mengguncang industri transportasi taksi dan banyak lagi. Kalau di Indonesia kita bisa ambil contoh yang populer yaitu Gojek yang sempat membuat heboh juga.

Lalu apa hubungannya dengan demonstrasi?

Saya melihat ada beberapa faktor yang saling terkait. Salah satunya adalah pemuda sebagai komponen sumberdaya penggeraknya. Baik didalam dunia startup maupun negara, pemuda adalah komponen utama untuk membuat perubahan itu bergerak dengan cepat. Bahkan dengan strategi dan model yang tepat maka perubahan yang radikal bisa dicapai. Tapi pada poin perubahan radikal ini pula ada perbedaan yang signifikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun