Mohon tunggu...
Miftahul Fajar
Miftahul Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Siapakah aku ? Aku hanya orang dungu. Yang tak punya pengetahuan dan kepekaan. Yang ku punya hanya sejuta kerinduan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demedsosisasi: Upaya untuk Merajut Persatuan

25 Mei 2017   09:53 Diperbarui: 25 Mei 2017   10:51 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Media sosial, sebuah alat perantara untuk bersosialisasi. Alat yang hanya menampilkan tulisan tanpa nada dan irama. Ataupun apabila ada nada dan irama, kita tak bisa berbicara bertatap muka. Kita tak bisa benar-benar mengetahui dan mengenal keseharian orang lain yang ada disana.

Dikarenakan tiada "rasa" yang tersalurkan dengan "langsung" ke sesama manusia yang meramaikan media sosial, salah paham dan salah sangka menjadi rentan terjadi. Manusia lebih bebas untuk menampilkan sifat kehewanannya di media sosial yang berada di dunia maya ini. Tata nilai dan moralitas mengendur dan kurang diikuti.

Pola dari manusia yang meramaikan media sosial beragam. Dengan sudut pandang bagaimana penggunaan media sosial, kurang lebih terdapat 7 pola, yaitu sebagai berikut ;

1.Memberikan manfaat dengan cara beradab
2.Memberikan apa yang dianggapnya bermanfaat dengan cara tidak beradab.
3.Memberikan apa yang dianggapnya bermanfaat dengan cara kurang teliti dan hati
4.Menuangkan perasaannya yang dialaminya sehari-hari
5.Mencari perhatian dan sensasi
6. Memecah belah manusia
7.Sekedar untuk mengetahui kabar di media sosial

Pola yang pertama dan yang terakhir merupakan yang lumayan baik. Namun, bagi masyarakat luas, diantara keduanya yang lebih baik yaitu sekedar untuk mengetahui kabar di media sosial.
Mengapa pola yang terakhir, yang bersikap cenderung "cuek" lebih baik bagi masyarakat luas ?

Alasannya yaitu sebagai berikut :

1. Kondisi sosial dari media sosial yang didominasi syak wasangka.
2. Beredarnya banyak tulisan yang tak mudah divalidasi kebenarannya.
3. Pola pikir manusia yang tak gampang diubah hanya dengan membuat tulisan pencerahan tanpa adanya sosialisasi secara langsung.
4. Tata krama bersosialisasi yang kebanyakan cenderung kurang diikuti.

Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita melakukan gerakan "demedsosisasi". Media sosial sudah berada dalam posisi yang sangat kritis. Bagaikan rumah reyot, yang mengharuskan untuk dirobohkan dan kemudian di bangun kembali.
"Demedsosisasi" merupakan upaya yang harus kita lakukan untuk menghentikan cultural lag supaya tidak semakin menjalar hingga menyebabkan hancurnya nilai-nilai perasatuan. Biarlah anjing-anjing menggonggong di media sosial, dan kafilah "kebersamaan" berjalan berlalu untuk menuju keindahan persatuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun