Mohon tunggu...
Saktya Alief Al Azhar
Saktya Alief Al Azhar Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resources

Manusia yang hobinya nulis sana-sini. Kontak Person bisa lewat Email : saktyaalazhar1400005062@gmail.com. Dengan menulis disini semoga dapat bermanfaat untuk manusia yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau (Bukan) Kita, Siapa Lagi yang Memotivasi?

30 Juli 2017   20:17 Diperbarui: 30 Juli 2017   20:28 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika kami melakukan managemen stress kepada ibu N

Hay!!! Selamat malam teman-teman yang saya sayangi dan hormati. Kembali lagi dengan saya, Saktya Alief Al Azhar yang sampai sekarang masih melaksanakan program magang di Dinas Sosial Kota Malang. Kegiatan sosial dengan berbagai pendekatan psikologis telah kelompok saya terapkan. 

Seperti yang saya bicarakan di cerita sebelumnya, bahwasannya magang ini bukan ajang sebagai cari-cari uang atau memenuhi kehidupan saya sebagai seorang mahasiswa psikologi semester tua, tetapi sebatas mencari pengalaman dan penerapan ilmu psikologi di kehidupan kemasyarakat. Yuk, langsung saja simak cerita saya dalam lika-liku magang sebagai pekerja sosial!!! Minggu ini khususnya kelompok saya yang melakukan magang di Mergan Lor, Kec. Sukun, Kota Malang melakukan penerapan keilmuan psikologi yang kami beri nama Managemen Stress. What is that? Mungkin yang pernah mendengarnya akan sedikit lebih tau apa yang akan diterapkan oleh kelompok saya di magang minggu ini. Ya, managemen stress adalah salah satu cara pendekatan psikologi untuk mengetahui (kurang lebih) tingkat kepuasan hidup, kualitas kehidupan yang dijalani, ataupun sebagai bentuk motivasi untuk menjalani kehidupan lebih baik lagi. 

Managemen stress yang kami terapkan lebih tepatnya mengarah pada hal yang berhubungan dengan Subjective Well Being, bagaimana seseorang mengevaluasi kehidupan yang ia jalani. Hal ini berhubungan dengan kepuasan hidup dan kepuasan pernikahan, pengalaman yang berhubungan dengan depresi dan kecemasan, serta mood atau suasana hati dan emosi yang positif (Diener, Suh & Oishi, 1997). Lalu, bagaimana cara menerapkan managemen stress itu?

Dengan melakukan home visit ke rumah ibu-ibu kelompok PKH di Mergan Lor, walaupun memakan waktu lama namun ini untuk kelancaran kegiatan managemen stress. Misalnya saya bersama kelompok magang saya datang ke rumah ibu N (inisial nama). Ketika kami datang ke rumah ibu N, kami sudah menyiapkan beberapa pertanyaan dan sudah menerima informasi dari pendamping magang kelompok saya. Pertanyaannya jika ke rumah ibu N ini seputar pendidikan, karena didapati anaknya putus sekolah dan tidak ingin bersekolah lagi. Saya terlebih dahulu tanya dan mengklarifikasi informasi yang saya dapatkan sebelumnya tentang pendidikan anak ibu N. Ternyata informasi tersebut benar, bahwa sang anak putus sekolah dan hidupnya lebih sering di jalanan. 

Sungguh miris sekali, kemudian ibu N menambahi bahwasannya anaknya tidak ingin sekolah lagi lantaran permasalahan sang anak dengan temannya di sekolah karena menghilangkan topi yang (katanya) harganya mahal. Saya dan teman-teman kelompok awalnya tidak percaya, masa' karena hal sepele tersebut anaknya gak ingin sekolah, sepele sekali. Kami tetap mengorek-korek informasi terkait anaknya sebelum melakukan motivasi dan penguatan kepada ibu N. 

Dan singkat cerita setelah beberapa informasi mengenai anaknya telah kami rasa cukup, kami memberikan motivasi kepada ibu N bahwa jangan menyerah dengan keadaan anaknya yang seperti itu, ibu N harus tetap mengingatkan dan mendidik sang anak agar tetap memiliki pengetahuan selayaknya anak-anak pada umumnya.

Managemen stress kepada ibu kelompok PKH di Mergan Lor, Kec. Sukun, Kota Malang
Managemen stress kepada ibu kelompok PKH di Mergan Lor, Kec. Sukun, Kota Malang
Sampai pada akhirnya saya sekelompok memiliki ide untuk membuat bimbingan belajar di Mergan Lor tempat magang saya. Karena dirasa di sana sangat menginginkan anak-anaknya untuk lebih berpendidikan dari pada orangtuanya. Dan anak-anak ibu kelompok PKH, dilihat dari hasil survei dan wawancara, memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. 

Yah, mungkin sambil membimbing belajar saya sekelompok akan memberikan motivasi-motivasi agar anak-anak ibu PKH ini lebih berprestasi lagi dalam berpendidikan. Sehingga pendidikan di daerah tersebut tidak lagi menjadi sebuah kekurangan atau kelemahan namun berubah menjadi sebuah kelebihan.

Ya, seperti itulah saya bersama kelompok magang saya, tugas memotivasi adalah hal penting bagi sesama manusia apalagi sesama hamba Allah, seperti dalam firmannya di surah Al-Asr bahwasannya kita disyariatkan untuk saling nasehat menasehati dalam kebaikan bukan? Maka lakukanlah hal yang bisa dilakukan sekarang yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan lebihnya untuk manusia di sekitar kita. Lain waktu akan disambung kembali ceritanya. Terimakasih...

Lanjutan dari cerita ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun