Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bubur Garuda, Bubur Ayam "Mewah" Dekat Wisata Tanjung Pasir

19 Juli 2019   21:06 Diperbarui: 19 Juli 2019   21:58 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini pasti sering mendengar sebuah tujuan wisata baru di daerah Tangerang, yakni Tanjung Pasir. Lokasi yang lagi "nge-Hits" yang memang tidak jauh dari bandara Soekarno-Hatta.

Sebetulnya lokasi ini sudah lama ada, namun beberapa tahun kebelakang Pemerintah Daerah serius mengembangkan lokasi wisata ini, seiring dengan seriusnya pemerintah pusat dalam membenahi berbagai lokasi wisata dan pendukungnya di seluruh Nusantara.

Berbagai pembenahan mulai dari perbaikan dan pelebaran jalan, serta fasilitas lainnya, terasa sekali mengalami perubahan yang jauh lebih baik. Setidaknya itu yang banyak dirasakan warga sekitar, terlebih tumbuh pesatnya perekonomian sepanjang jalur menuju lokasi.

Ada 3 lokasi tujuan wisata di Tanjung Pasir, selain tujuan utama yakni Tanjung Pasir Resort, dimana kita bisa menikmati putihnya pasir pantai yang cukup luas sambil menikmati jajanan ala pinggir laut lengkap dengan seafoodnya, ada 3 tujuan lain yang jaraknya tidak jauh dari pantai, yakni TAMAN MANGROVE yang biasa ramai dikunjungi para peneliti dan rombongan sekolah untuk berwisata pendidikan.

Lalu ada PASAR IKAN, dimana lokasinya mirip dengan Pasar Ikan Muara Angke, dimana selain kulakan ikan partai besar, kita juga bisa membeli dalam skala kecil dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan harga kulakan dan jauh lebih murah dibanding jika sudah masuk ke pasar tradisional atau pasar modern. Asyik kan?

Dan yang terakhir adalah PENANGKARAN BUAYA yang kondisinya masih kurang diperhatikan. Disini kita bisa meihat bagaimana proses perkembang biakan buaya dan berfoto (dalam jarak aman tentunya) dengan buaya-buaya disana. Lumayan seru lah jika berkesempatan mampir kesini.

====

Saat perjalanan menuju kesana, kita pasti akan melewati yang namanya Pos Polisi dan Kecamatan TELUK NAGA (Terpampang jelas Plang nama kedua kantor penting ini). Wilayah ini merupakan wilayah kecamatan di wilayah Tangerang Propinsi Banten. Wilayahnya cukup luas hingga meliputi tujuan wisata Tanjung Pasir yang berada di pinggir pulau.

Perjalanan ke Tanjung Pasir sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota Jakarta. Jika kita cek dengan Google Maps di hari dan jam kerja, dari Monas menuju Tanjung pasir Resort, hanya memakan waktu sekitar 2 jam dengan menggunakan Tol Bandara, lalu melipir ke Perimeter Bandara yang tembus ke belakang untuk selanjutnya langsung menuju Tanjung Pasir.

Sayangnya, hal tadi tidak berlaku di akhir pekan atau hari libur nasional yang biasanya setelah perimeter bandara saja, bisa memakan waktu 2-3 jam menuju Tanjung Pasir. Jadi jika dihitung dari Monas saat akhir pekan atau libur nasional, bisa memakan waktu 4-5 jam perjalanan.

Perjalanan melelahkan tadi, jelas butuh istirahat karena lelah atau stress, atau mampir mengisi perut yang biasanya sudah keroncongan. Bagaimana tidak, setelah melalui perimeter bandara, dan tembus kebelakang itu, kita dihadapkan oleh 2 jalur jalan yang agak sempit dengan kondisi sisi kiri yang mepet bangunan dan kanan kali/sungai aktif, belum lagi angkot/omprengan yang sering berhenti untuk menaik turunkan penumpang yang mau tidak mau memakan badan jalan.

DOKPRI
DOKPRI
Nah...kembali bicara kedua kantor tadi, tidak jauh kita pasti menemukan plang sebuah perumahan, yakni perumahan GARUDA di sisi kanan. Tidak jauh dari situ, di sebelah kiri kita akan menemukan kios bubur "mewah" dengan spanduk bertuliskan "BUBUR AYAM CIREBON". Kenapa saya sebut mewah? Karena kios bubur ini sehari buka 2 kali, pagi dan menjelang sore hari. Dan sekali buka, tidak memakan waktu lama, dagangannya ludes habis terjual. Layaknya barang mewah yang sudah ditunggu-tunggu...langsung ludes !!

====

Kiosnya cukup sederhana, berada di pinggir jalan, halamnnya pun hanya bisa digunakan parkir beberapa motor saja, jika ada mobil pasti diarahkan untuk parkir di kantor cabang mandiri (mitra usaha) disebelahnya oleh tukang parkir yang menjaga disitu.

Gerobak buburnya lumayan besar, jka dibanding gerobak bubur yang biasa kita jumpai sehari-hari. Meja didalam-pun meja normal layaknya warung-warung bakso dengan kursi kayu panjang, kalau dihitung-hitung, dengan 4 meja panjang tadi, bisalah muat 10-15 orang yang makan ditempat.

DOKPRI
DOKPRI
Kami yang kebetulan sering melewati lokasi ini, alhamdulillah akhirnya berhasil makan di tempat. Saat pertama kali kami hanya "take away" karena ramai penuh pengunjung, dana beberapa kali ingin makan kembali selalu dalam kondisi mereka sedang bersih-bersih lokasi karena stok sudah habis (padahal jika melihat jam, seharusnya kios buur ini baru buka 1-2 jam yang lalu).

====

DOKPRI
DOKPRI
Layaknya pedangang bubur lainnya, di gerobaknya terpampang kelengkapan untuk menikmati bubur. Botol-botol kecap, kaldu, suwiran ayam, kalng krupuk kecil, sambal, serta tumpukan mangkok, kacang kedelai, daun bawang, dan sate-sate telur puyuh, ati, ampela, dan usus ayam terlihat menumpuk. 

Yang jika kita mengintip ke ruang belakang, ada beberapa pegawai sedang sibuk membuat bubur dalam skala besar dan menusukkan "item-item" tadi untuk kemudian dibawa kedepan menambah stok yang sudah ada. Jadi jelas, keseluruhan penganan yang dijual disini, disiapkan sendiri, bukan di drop dari tempat lain.

DOKPRI
DOKPRI
Di sini, ada hal yang "istimewa" yang sering diabaikan oleh pembeli sebetulnya. Saya yang memang penasaran kenapa kios ini bisa menjadi kios bubur Favorit (sepanjang jalan ini sebetulnya ada 2 kios bubur lainnya) di wilayah ini mendekati gerobak, dan melihat penjualnya mempersiapkan mangkok pesanan kami. 

Daaannn...jelas saja, ketika panci besar buur dibuka, aromanya memang berbeda dari saat pedagang bubur yang biasa kita jumpai. Aroma harum menyeruak seiring uap panas bubur bergerak menyebar tertiup angin, hal utama yang sepertinya memang menjadi "kunci" dari rasa bubur ini, karena kemudian siraman kaldu, kecap dan lainnya rasanya sama saja seperti pedagang bubur lainnya.

Ketika dihidangkan, kami yang memesan 6 mangkok bubur, di dampingi juga dengan 2 mangkok sate yang berjumlah 10 tusuk dengan variasi sate ati, ampela, telur puyuh dan usus. Untuk minuman, kami memilih minuman dengan slogan 'apapun makanannya minumnya teh botol sosro"...lho kok disebut juga nama produknya :)

Di meja sendiri, tersedia botol kecap, dan mangkuk sambal untuk pembeli jika merasa kurang, serta blek kerupuk putih dan kerupuk cokelat. Lainnya adalah kotak tissue, sedangkan untuk sendok, semua sudah disediakan bersamaan dengan mangkok bubur, jadi jika perlu penambahan atau sendok terjatuh ke lantai, kita harus minta  untuk diberikan yang baru.

====

DOKPRI
DOKPRI
Soal rasa, jangan ditanya...memang sedikit berbeda saat memakan dalam kondisi "take away", mungkin karena sesasi mengaduk jadi kurang maksimal (karena dijalan sudah keaduk-aduk sedikit karena goyang-goyang..hahahaha). Kami yang merupakan penganut bubur diaduk, sangat menikmati aroma harum bubur sambil mengaduk buur dengan sempurna. 

Sate ati, ampela, telur puyuh dan usus satu persatu pun mulai kami preteli dari tusukannya, dan ikut dalam adukan bubur tadi menjadikan kesempurnaan pra-menikmati semangkuk bubur yang ada dihadapan.

Sensasi suapan pertama bubur ini emang nendang !

Krupuk yang sudah melempem karena ikut diaduk, potongan-potongan sate, menambah sempurna bubur yang sedikit kenyal dan bertabur kaceang kedelai goreng saat masuk dalam mulut. 

Renyahnya, kenyalnya, dan pasnya takaran kaldu membuat tidak sabar untuk segera mengunyah dan kembali melahap bubur yang secara tidak sadar cepat habis disantap tanpa sisa. Kemudian, kembali lagi mangkuk ke-2 terhidang untuk kembali disantap bersama dengan sedikit tambahan sambal agar lebih pedas dari porsi sebelumnya.

DOKPRI
DOKPRI
Puas dengan segala sensasi rasa yang memenag patut diacungi 2 jempol, saat membayarpun tidak membuat kantong jebol. Jangan kaget, jika harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan harga bubur yang biasa kita temui. 

Harga sate-sate yang dihidangkan malah sama persis lho dengan sate-sate yang juga tersedia di gerobak-gerobak bubur biasa. Ah...puas sekali menyantap bubur kali itu, terlebih saya pribadi yang sangat "picky" dengan penganan bubur.

Oke, semoga temen-teman disini yang akan berlibur ke Tanjung Pasir juga sempat meraskan sensasi makan bubur di BUBUR GARUDA, begitulah warga sekitar menamai kios bubur ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun