Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terus Lakukan Hal Produktif dan Bermanfaat di Masa Pensiun

18 Juli 2017   12:52 Diperbarui: 18 Juli 2017   13:23 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.finansialku.com

Tanpa terasa masa purnabhakti pun tiba. Ya, masa pensiun menjadi keniscayaan. Ketika seseorang harus undur diri dari rutinitas pekerjaan yang puluhan tahun sudah dilakukannya. Bagaimana menghadapinya?

Ada awal, ada akhir. Begitu ungkapan yang sering didengar. Setiap pekerjaan, jabatan, posisi pasti ada batasan ruang dan waktu. Karenanya sering diingatkan, ketika seseorang menduduki suatu posisi apapun itu, maka bekerjalah dan berikan yang terbaik. Posisi bukan kekuasaan akan tetapi tanggung jawab.

Sesungguhnya sejak awal bekerja sudah harus disadari bahwa suatu saat akan berada dalam masa pensiun. Jelang masa pensiun, menurut Dra. Indrawahyuni Graito., MPsi, Psikolog, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, seseorang membutuhkan kesiapan dan kemampuan menyesuaikan diri dengan 'dunia baru' yaitu lingkungan dan suasana pensiun.

Biasanya satu tahun sebelum pensiun ada Masa Persiapan Pensiun (MPP) atau kalau dalam organisasi masa akhir jabatan.

"Inilah saatnya berbagai persiapan dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan entah pembinaan rohani atau refleksi iman. Melalui berbagai bentuk pelatihan atau lokakarya untuk meluaskan wawasan, membangun kreativitas, menstimulasi keberanian berwirausaha. Yang pasti menguatkan ketahanan serta adaptasi memasuki suasana baru," papar psikolog yang akrab disapa Yanti ini.

Yanti menjelaskan, PPS (Post Power Syndrome) merupakan gejala-gejala psikologis pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya.

Sejumlah kehilangan dirasakan, mulai dari kehilangan fungsi eksekutif yaitu fungsi yang memberikan kebanggaan diri, terlebih kehilangan harga diri, kehormatan dan pengakuan terhadap dirinya, kehilangan kekuasaan atau kewenangan, kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu.

Kehilangan orientasi kerja, bingung mau kerja apa, merasa sudah tidak berguna atau disisihkan, kehilangan sumber penghasilan dan kemudahan atau fasilitas terkait dengan jabatan terdahulu.

"Lumrah terjadi, yang menjadi penting seberapa 'parah' gejala psikologis dan perilaku yang ditampilkan," kata mantan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Persiapan yang sama juga disampaikan oleh Wesmira Parastuti, M.Psi,dari Wesmira Consultant.Selain pemahaman siklus kehidupan itu, seseorang perlu menyiapkan aktualisasi diri baru dan rencana cadangan yang selama ini lebih banyak dihabiskan di rutinitas kerja, bisa berupa mengembangkan hobi, kegiatan produktif lain, mewujudkan ide bisnis, dan lainnya.

"Sebaiknya memiliki agenda finansial atau investasi jangka panjang sehingga jika terjadi penurunan pendapatan yang dialami setelah pensiun, tetap dapat disiasati," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun