Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Bumi Semakin Panas

7 Februari 2019   09:23 Diperbarui: 7 Februari 2019   14:40 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anomali cuaca periode 2014-2018. Sumber : NASA

Jika kita akhir akhir ini merasa semakin panas, janganlah heran karena data yang baru saja dikeluarkan oleh World Meteorological Organization (WMO) memang  menunjukkan bahwa suhu pada bulan November 2018 lalu merupakan salah satu suhu terpanas yang pernah tercatat sejak tahun 1850.

Tidak hanya sampai disitu saja menurut WMO, rekor 20 suhu terpanas terjadi pada periode 22 tahun terakhir.

Bulan Oktober lalu PBB mengeluarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dalam jangka panjang rataan suhu bumi akan meningkat sampai 1,5oC

Pada peirode 2019-2023 diperkirakan suhu akan  1.03-1,57oC berada  di atas rataan suhu periode 1850-1900 yang membuat bumi semakin panas.

PBB bahkan menyatakan bahwa dunia memasuki period 4 tahun terpanas yang menandai perubahan iklim dunia jangka panjang.

Data menunjukkan bahwa rataan suhu tahun lalu berada di posisi 1oC lebih tinggi di atas rataan suhu di periode sebelum era industri.

Peningkatan suhu yang cukup memprihatinkan. Sumber: Met Office
Peningkatan suhu yang cukup memprihatinkan. Sumber: Met Office
Tahun 2016 tercatat sebagai tahun terpanas akibat fenomena El Nino yang suhunya lebih tinggi dari rataan suhu di tahun 2015,  2017 dan tahun 2018.

Pemanasan bumi ini ternyata tidak saja hanya sebatas meningkatnya suhu, namun juga menimbulkan efek lanjutannya berupa cuaca ekstrim yang menimbulkan kekeringan, badai dan banjir bandang, mewabahnya penyakit, kekurangan pangan akibat gagal panen dll.

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah ke depan fenomena memanasnya bumi dan kejadian bencana alam  diperkirakan akan semakin meningkat. Diprediksi pada periode waktu 2014-2023 merupakan periode suhu terpanas dalam periode 150 tahun ini.

Dalam jangka panjang fenomena meningkatnya suhu ini akan berakibat gelombang panas, banjir di wilayah pesisir, perubahan kelembaban serta perubahan ekosistem yang tentunya berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia dan  flora serta fauna di wilayah yang terdampak.

Fenomena alam ini juga menimbulkan kerugian yang sangat besar.  Menurut catatan dari 14 kejadian alam menimbulkan kerugian total mencapai US$ 91 milyar dan memakan korban jiwa 247 orang.

Tiga bencana alam yang mencatat rekor kerugian terbesar adalah Hurricanes Michael (US $25 milyar), Hurricane Florence (US $24 milyar) dan kebakaran hutan di wilayah Eropa  (US$24 milyar).

Bagaimana menahan laju peningkatan suhu?

Para pakar dunia berpendapat bahwa kecenderungan peningkatan suhu ini dapat diperlambat dengan cara mengurangi  emisi gas rumah kaca seperti CO2  dan adaptasi iklim.

Peran CO 2 dalam peningkatan suhu ini tidak dapat dibantah karena di tahun 2018 lalu dicatat merupakan tahun akumulasi gas CO2 tertinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai akibat pembakaran bahan bakar berbasis fosil dan juga kebakaran hulan.

Di level pengambil kebijakan langkah konkrit yang harus diambil oleh pemerintah adalah perubahan kebijakan penggunaan  energi, penggunaan lahan, penataan kota serta industri yang lebih ramah lingkungan.

Dalam melakukan hal ini tentunya diperlukan  persetujuan dan partisipasi negara di dunia terutama negara penghasil gas rumah kaca papan atas. 

Pertemuan yang diprakarsasi oleh the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di Korea Selatan  yang dihadiri para peneliti, wakil pemerintah  berbagai negara akhir tahun lalu yang mengangkat fenomena pemanasan bumi ini dapat dianggap sebagai pemicu langkah nyata negara di dunia untuk bekerja sama mengurangi laju pemanasan bumi.

Tantangan

Dalam menahan laju pemanasan bumi ini, di level negara situasinya menjadi semakin rumit ketika Amerika di bawah pemerintahan Donald  Trump menarik dari dari Paris Agreement.  Penarikan diri Amerika sebagai salah satu negara penghasil gas emisi rumah kaca terbesar memang menjadi ganjalan dalam upaya dunia  melakukan upaya bersama menahan laju peningkatan suhu.

Bahkan ketika Amerika dilanda suhu ekstrim akibat polar vortex yang mengakibatkan suhu di sebagian wilayah Amerika mencapai -60 oC, Trump masih bertahan pada argumentasinya.

Ketidak percayaan Trump terhadap cuaca ekstrim akhir  akhir ini tercermin dari tweet Trump berikut:

In the beautiful Midwest, windchill temperatures are reaching minus 60 degrees, the coldest ever recorded. In coming days, expected to get even colder. People can't last outside even for minutes. What the hell is going on with Global Waming? Please come back fast, we need you!

Suhu ekstrim dingin akibar=t fenomena vortex polar yang baru saja melanda AMerika. Photo: Gettu Images
Suhu ekstrim dingin akibar=t fenomena vortex polar yang baru saja melanda AMerika. Photo: Gettu Images
Banyak kalangan berpendapat upaya pemerintah berbagai negara ini harus diikuti oleh partisipasi individu untuk menahan laju pemanasan bumi ini.

Partisipasi individu dalam membantu mengurangi pemanasan bumi ini antara lain dapat berupa:

  • Mengurangi konsumsi daging, susu, keju dan mentega
  • Menggunakan bus atau kereta api dibandingkan dengan menggunakan pesawat
  • Melakukan konferensi video dibanding dengan melakukan perjalanan bisnis
  • Memilih dan membeli produk yang menghasilkan karbon rendah

Ayo jaga dan selamatkan bumi untuk generasi mendatang

Sumber: Satu, dua, tiga, empat, lima, enam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun