Biasanya yang berkunjung cukup ramai,tapi setelah ada pengumuman resmi ,bahwa sejak tanggal 26 Oktober ,2019, Uluru dinyatakan tertutup untuk pendakian,maka para wisatawan dari mancanegara,berbondong bondong berkunjung kesini. Tampak rombongan dari Jepang,China ,Eropa dan berbagai negara lain,memenuhi lokasi destinasi wisata dunia ini. Hal ini,dapat ditandai dengan tulisan yang terpampang di dinding bis dan bahassa yang mereka gunakan,
Sejak dua bulan lalu,putri kami sudah membooking apartemen dan tur tur,agar jangan sampai tidak kebagian,saking meluapnya para wisatawan dari mancanegara datang berkunjung
Menjadi Ikon AustraliaÂ
Salah satu ikon yang paling banyak dipakai untuk menggambarkan Australia (selain Opera House, Sydney), Uluru mempunyai ciri khas tersendiri dimana warnanya bisa berubah-rubah tergantung dari jam dan waktu per hari. Tinggi Uluru hampir mencapai sekitar 860m diatas permukaan laut. Â Panjangnya sekitar 3.6km dan lebarnya mencapai 1.9km. Â Menurut ceritanya .Uluru ini sudah terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
Uluru atau Ayers Rock ini,dianggap keramat oleh orang-orang Aborigin yang masih tinggal disekitarnya. Â Ada beberapa tempat yang sama sekali dilarang untuk mengambil foto/video.Hal ini ,ditandai dengan tulisan yang terpampang di beberapa lokasi.
Berangkat Subuh Untuk Hindari Teriknya Sinar Matahari
Seluruh rombongan tur, sejak dari subuh sudah mulai berjejer masuk kelokasi ini,untuk berjalan kaki mengelilingi Uluru ini,untuk menghindari teriknya sinar matahari. Karena sudah puluhan orang tewas di sini,karena tidak mampu menahan panasnya udara. Kami berdua ,ikut berjalan ,menelusuri jalan setapak ,diantara padang rumput ,yang luas dan ditumbuhi semak belukar disana sininya. Seluruh lokasi ini,sengaja di jaga kelestariannya.Â