Melatih diri untuk mencari konektifitas antara ide  yang sudah ada juga sangat mampu meningkatkan cara berpikir. Berpikir bukan berarti menciptakan sesuatu yang baru, namun mencari koneksi dari setiap hal yang sudah ada.
2. Potensi Emosional
Jangan kaget ketika ketemu dengan teman yang hari-harinya marah. Atau ketemu yang hari-hari mengeluh. Karena potensi emosional tiap orang tak sama.
Cita rasa masing-masing individu berbeda. Makanya ketika melihat ada orang yang suka musik dangdut jangan sewot, atau ada yang suka musik keroncong jangan ngomel. Kadang ada orang yang tak suka musik sama sekali.
Perasaan ingin dipamahami atau memahami, ingin dicintai atau dicintai, ingin diperhatian atau memperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung kepada kebaikan dan keindahan.
Di sinilah keunikan dari manusia, potensi emosionalnya berbeda. Oleh karena itu pemahaman terhadap potensi emosional dalam diri layak untuk benar-benar dicermati. Dengan begitu kita tidak akan mudah memvonis orang lain memiliki emosi yang negatif.
Kencenderungan potensi emosional seseorang sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya. Bila berada pada lingkungan yang tenang dan sejuk maka yang bersangkutan juga cenderung tenang dan sejuk.
Berbeda halnya jika mereka berada pada daerah yang situasi demografinya keras, panas, tandus, dan gersang maka emosionalnya akan terlihat pada setiap pergaulannya.
Bagaimana mengolah potensi emosional ke arah positif?
Ketika emosi meledak-ledak terutama ketika marah sangat merugikan kita. Oleh karena itu ketika marah datang sebaiknya tarik napas sedalam-dalamnya, kemudian tenangkan diri dengan cara pindah tempat. Jika mulanya duduk, maka berdiri bisa dilakukan. Atau sebaliknya.
Memindahkan fokus terhadap sesuatu juga mampu menjadi salah satu cara mengendalikan emosi negatif pada diri kita.
Menghindari situasi yang menyebabkan emosi negatif muncul juga bisa dilakukan. Karena dengan muncul dan meningkatnya emosi negatif menyebabkan potensi emosi terganggu.