Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Belajar tentang Golput dari Kemenangan Donald Trump

21 Maret 2019   05:30 Diperbarui: 21 Maret 2019   08:21 7961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (Politico.com)

"Kalau Anda, meskipun sebenarnya dapat, tetapi Anda memilih untuk tak memilih atau golput. Maaf, hanya ada tiga kemungkinan; Anda bodoh, just stupid; atau Anda berwatak benalu, kurang sedap; atau Anda secara mental tidak stabil, Anda seorang psycho-freak." Franz Magnis-Suseno. Harian Kompas 12 Maret 2019.

Apakah terasa kasar? Mungkin iya. Jika kita hanya membaca potongan kalimat ini, mungkin bisa berpendapat bahwa Romo Magnis sangat kasar. Namun jika membaca tulisan ini seutuhnya, saya pribadi memahami adanya kekecewaan atau kegeraman terhadap orang yang memilih golput.

Romo Magnis juga mengatakan dalam tulisannya misalnya Anda memiliki alasan yang jelas dan bukan memilih untuk tidak memilih. Misalnya tempat tinggal Anda terlalu jauh sehingga biaya untuk pergi ke TPS sangat mahal, pekerjaan yang tidak dapat diinterupsi atau Anda harus merawat orang sakit yang tidak bisa ditinggalkan. Silakan untuk tidak pergi ke TPS dan tak masalah Anda tidak menggunakan hak suara Anda.

Kegeraman ini akibat banyak orang, juga termasuk saya yang mau enaknya saja. Sebagai contoh ketika Anda mengeluh tentang jalan macet dan berlubang. Apakah Anda sudah membayar pajak kendaraan?

Contoh lainnya, Anda mengkritisi utang Indonesia. Sudahkah Anda membayar pajak sesuai dengan ketentuan? Banyak terjadi orang hanya menuntut hak dan melupakan kewajiban. Memilih adalah hak dan bukan kewajiban namun secara moral kita bertanggung jawab atas nasib negeri ini dengan menggunakan hak suara agar dipimpin oleh orang yang terbaik.

Tidak akan pernah ada seorang calon yang benar-benar sempurna. Sesuai segala sesuatunya dengan keinginan Anda. Baca "Apakah ada Calon Presiden yang Sempurna?". Cobalah berkaca kepada diri sendiri, apakah Anda sempurna? Saya jelas tidak!

Kemenangan Donald Trump
Salah satu cara Donald Trump dalam berkampanye adalah menebar ketakutan. Ketakutan terhadap imigran dan imigran gelap (walau dia sendiri mempekerjakan imigran gelap di resornya). Ketakutan atas teroris yang digambarkan beragama Islam (Islamophobia), walau sebenarnya teroris juga ada yang menjual nama agama lain.

Fadli Zon dan Donald Trump (Kompas.com)
Fadli Zon dan Donald Trump (Kompas.com)
Namun anehnya seperti foto di atas ada seorang politikus yang kata Amien Rais masuk dalam golongan partai tuhan. Begitu bangganya berfoto dengan Donald Trump saat kampanye Trump berlangsung. Sampai Trump pernah mengeluarkan pernyataan bahwa dia didukung oleh politikus besar Indonesia.

Ketakutan ini memang laku dijual kepada  kaum konservatif di pedalaman sehingga mereka berbondong-bondong menyalurkan suaranya untuk kemenangan Trump. Padahal banyak petani di Amerika Serikat (AS) juga mempekerjakan imigran gelap pada saat panen.

Sebaliknya dengan pendukung Hillary Clinton yang dari survei ke survei digambarkan menang. Mereka terlena dan malas untuk menggunakan hak suara mereka pada saat pemilu.

Apa yang terjadi setelah Trump menang?

Pemotongan Pajak digulirkan
Sesuai dengan janji kampanye. Pemerintahan Trump menggulirkan pemotongan pajak. Pemotongan pajak yang dikatakan oleh beberapa ekonom adalah over stimulus atau stimulus berlebihan . Karena pemotongan pajak dilakukan pada saat ekonomi AS sedang bagus.

Namun kenyataannya pemotongan pajak ini digunakan oleh perusahaan seperti Apple untuk membeli kembali saham mereka dari bursa. Pembelian kembali yang menyebabkan kenaikan harga yang menguntungkan orang kaya dan para CEO yang mendapatkan bonus besar jika saham perusahaan yang dipimpinnya naik. Penghematan pajak tidak digunakan untuk investasi yang bisa membantu menumbuhkan ekonomi.

Bagi golongan menengah seharusnya pajak yang harus dibayarkan berkurang. Tetapi yang terjadi adalah potongan pajak (tax refund) atau pengembalian kelebihan pembayaran pajak mereka menurun dari rata-rata  USD 2.135 di tahun 2018 menjadi USD 1.949 tahun ini (Harian Kompas 19 Maret 2019). Akibat skema pajak baru yang diterapkan Donald Trump.

Skema baru yang menguntungkan masyarakat golongan atas, bukan golongan menengah bawah.

Perang Dagang
Donald Trump melancarkan perang dagang yang ditujukan bukan hanya kepada China namun juga kepada sekutu-sekutu AS seperti Uni Eropa dan Kanada.

Korbannya adalah pendukung utama Trump yaitu para petani. Petani kedelai misalnya yang tidak bisa lagi melakukan ekspor ke China. Padalah China adalah pasar ekspor terbesar bagi kedelai produksi AS. Bukan hanya kedelai, China juga mengenakan tarif untuk produk pertanian AS lainnya seperti Apel, Anggur dan lainnya.

Baca "Siapakah Korban Perang Dagang AS vs China?"

Selain itu akibat tarif yang dikenakan terhadap baja dan aluminium. Harga alat-alat pertanian juga meningkat cukup tinggi. Sehingga bisa dikatakan bahwa para petani pendukung Trump sudah jatuh tertimpa tangga.

Tujuan perang dagang adalah untuk menekan defisit neraca perdagangan. Namun yang terjadi adalah defisit perdagangan AS malah memecah rekor. Defisit perdagangan AS terhadap seluruh negara di dunia mencapai USD 621 miliar,  tertinggi dalam 10 tahun.

Apakah Trump Mendukung Supremasi Kulit Putih?
Dalam sebuah insiden yang melibatkan gerakan supremasi kulit putih Agustus 2017 di Charlottesville Virginia AS. Insiden yang mengakibatkan belasan orang terluka dan satu orang meninggal dunia.

Donald Trump setelah kejadian mengatakan "We condemn in the strongest possible terms this egregious display of hatred, bigotry and violence on many sides, on many sides,". Terjemahan bebasnya adalah kami mengutuk dengan keras atas kebencian, kefanatikan dan kekerasan. Dari semua pihak, semua pihak.

Setelah mendapatkan kritikan Trump mengubab pernyataannya menjadi "Racism is evil. And those who cause violence in its name are criminals and thugs, including the KKK, neo-Nazis, white supremacists, and other hate groups that are repugnant to everything we hold dear as Americans,"

Jika diterjemahkan: " Rasisme adalah iblis. Siapa pun yang melakukan kekerasan berdasar rasisme adalah kriminal dan penjahat Termasuk KKK, Neo Nazis, supremasi kulit putih dan grup penebar kebencian lainnya. Rasisme tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang warga AS.

Hari berikutnya Trump mengatakan hal yang tidak sama " You had some very bad people in that group, but you also had people that were very fine people, on both sides," Ada orang yang sangat jahat di dua kubu (pelaku dan korban insiden) namun ada orang yang sangat baik berada di kedua kubu.'

Apakah Trump mendukung supremasi kulit putih? Silakan Anda menilai.

Asal Bapak Senang
Oktober tahun 2017, saya pernah menulis tentang kesukaan Trump terhadap berita baik tentang dirinya. Tetapi jika ada media yang mengeluarkan berita yang buruk akan dijuluki berita palsu, CNN adalah media yang sering dijuluki produsen "fake news". Baca "Donald Trump dan Berita Palsu"

Di Indonesia mungkin Trump akan bisa bahagia. Masih cukup banyak kebiasaan "Asal Bapak Senang (ABS)" yang berlaku di pemerintahan maupun swasta.

Businessinsider.au.com
Businessinsider.au.com
ABS yang dimanfaatkan dengan baik oleh Kim Jong Un (Pemimpin Korea Utara). Kim mengirimkan surat-surat pujian yang dibuat seperti undangan nikah yang bagus. Sehingga Trump tertipu dan merasa Kim akan tunduk terhadap segala tuntutan dirinya mengenai senjata nuklir.

Pertemuan di Hanoi membuktikan bahwa Kim bukan orang bodoh yang akan melucuti semua senjata nuklir Korea Utara demi Trump. Sejauh pengetahuan saya tidak ada negara yang telah berhasil mengembangkan senjata nuklir bersedia untuk menghancurkannya. Senjata nuklir memiliki efek menakuti negara lain agar tidak macam-macam.

Menyesal
Penyesalan selalu akan muncul belakangan. Para pendukung Hillary dan Demokrat yang menyesal tidak menggunakan hak pilih akhirnya melampiaskan kekecewaannya pada pemilu sela AS 2018.

Terbukti dengan pemecahan rekor persentase warga AS yang menggunakan hak suara. 49,3 persen warga atau lebih dari 116 juta warga muncul saat pemilu, tertinggi sejak tahun 1914 menurut Vox.com.

Memaksa
Tidak ada yang bisa memaksa Anda yang memilih untuk tidak memilih atau golput untuk menggunakan hak suara Anda.

Namun apakah Anda tidak menyesal jika penyebar ketakutan Indonesia akan bubar? Orang yang mengkritisi kesenjangan ekonomi namun menguasai lahan yang lebih besar dari Jakarta? Terpilih menjadi pemimpin Indonesia.

Saya sih tidak mau menyesal dan akan menggunakan hak suara saya untuk memilih yang walaupun tidak sempurna namun lebih baik dibandingkan calon satunya yaitu Jokowi-Amin.

Kembali mengutip tulisan Romo Magnis,

 " Kalau Anda menolak Prabowo pilihlah Jokowi, meski Anda kecewa dengan Jokowi. Kalau Anda tak mau Jokowi menjadi presiden lagi lima tahun ke depan, pilih Prabowo, meski ia jauh dari harapan Anda! Dua tokoh inilah yang kini tersedia bagi Indonesia. Sekali lagi kita tak memilih yang terbaik, tetapi mencegah yang terburuk berkuasa. Dalam suatu Demokrasi, kita wajib memberi bagian kita".

Bagi pendukung Jokowi-Amin yang golput, apalagi hanya dengan alasan untuk berlibur. Coba dipikirkan lagi. Menurut survei Litbang Kompas Feb-Maret 2019 selisih dukungan antara Jokowi Amin dan Prabowo Sandi menipis ke 11,8 persen dibandingkan dengan Oktober 2018 yang mencapai 19,9 persen.

Setiap suara akan berharga untuk mendukung Jokowi Amin menjadi pemimpin Indonesia 2019-2024. Perjuangan baru berakhir pada saat kita memberikan suara di TPS.

Salam

Hanya Sekadar Berpikir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun