Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenangan Main Petak Umpet

14 Agustus 2013   13:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:19 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13764598841773004490

[caption id="attachment_259536" align="aligncenter" width="384" caption="Permainan petak umpet (ilustrasi gambar: wisnontari.blogspot.com)"][/caption] Sejak kecil, petak umpet merupakan permainan yang paling aku gemari selain galasin, tak benteng, monopoli, atau gerobak sodor. Terutama ketika SD dan masih tinggal di kawasan Cengkareng. Petak umpet menjadi permainan yang sering aku lakukan bersama Asep, Ucok, Joko, dan Nurlela. Mereka adalah teman SD yang juga tinggal saling berdekatan saat pergi dan pulang sekolah. Lebaran kemarin aku tidak ke mana-mana, alias jaga rumah karena keluarga liburan ke Carita. Pada hari kedua, datang tiga teman lama yang bertandang, Asep, Joko, dan Nurlela. Sementara, Ucok masih berada di Korea Selatan untuk melanjutkan program S2 dan baru pulang tahun depan. Meski begitu, kami berempat masih bisa berlebaran dengan Ucok melalui teleconference menggunakan telepon genggam. Alhasil, lima sekawan yang kerap dijuluki Pendawa Lima itu saling bernostalgia mengingat kenangan masa silam. Sebab, ada beberapa dari kami yang sudah berkeluarga setelah satu pelita tidak bertemu. Sedang asyiknya berceloteh, tiba-tiba Ucok menanyakan kegiatan kami di Indonesia, apakah masih sering main petak umpet berlima. Sebuah pertanyaan nyeleneh karena di usia kami yang bukan kanak-kanak bahkan ada yang sudah punya anak, tentu tidak pernah melakukannya lagi. Akibat celetukan Ucok mengenai petak umpet membuat obrolan kami meninggalkan satu pertanyaan yang baru bisa terjawab setelah 15 tahun berlalu. "Tuh kan, ternyata bener yang aku bilang saat itu," ujar Nurlela menunjuk kepadaku yang diikuti anggukan lemah dari Joko, dan Asep.

*     *     *

Begini ceritanya, suatu sore di akhir Mei 1998 kami berlima bermain petak umpet. Kegiatan itu menjadi pelepas lelah setelah pagi hingga siangnya kami harus memeras otak karena harus mengisi jawaban sulit pada soal Ebtanas. Karena tidak memungkinkan untuk bermain di sekitaran gang akibat banyak kendaraan yang lewat. Akhirnya kami serempak memilih lokasi strategis yang tepat sebagai tempat bersembunyi di deretan pusat perbelanjaan Ramayana Cengkareng. Kebetulan, beberapa hari sebelumnya, kawasan tersebut telah terjadi keramaian akibat sebuah peristiwa. Setelah gambreng, ternyata Ucok kebagian yang menjadi "kucing", atau harus mencari teman-teman yang bersembunyi. Sementara, aku, Joko, Asep, dan Nurlela berpencar ke seluruh ruangan di deretan Ramayana untuk mengumpet. Cukup lama aku bersembunyi, kalau tidak salah hingga menjelang Maghrib dan suasana agak gelap. Saat itu, dalam hatiku sangat girang karena merasa hanya aku yang belum ditemukan karena mengumpet di basement yang penuh puing dan bau gosong. Setelah sempat tertidur akibat mengantuk akibat terlalu lama menunggu, selang beberapa saat aku dibangunkan temanku yang ternyata sudah berada di sebelah yang berkata pelan, "Santai aja, empat orang sudah ketebak. Tinggal kita di sini yang belum diketahui."

*     *     *

Cerita Misteri Sebelumnya: - [Mirror] Bersekutu dengan Setan - [Mirror] Pagutan Lembut Sang Gadis, Ternyata... - Penampakan Hantu, Fenomena Latah di Masyarakat - Setelah Pocong, Muncul Fenomena Penampakan Kuntilanak di Kawasan Roksi

*     *     *

- Jakarta, 14 Agustus 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun