Ayah, jika saja diriku ini bisa kembali menjadi putri kecilmu, sosok menyebalkan yang tak pernah menjadikan ibu cemburu karena perhatianmu.
 Aku tahu, tidak semua mampu kau utarakan dalam ucapanmu. Tapi semua orang tahu, bahwa kau adalah orang yang tak akan tergantikan.
Teruntuk dirimu cinta pertamaku..
Mungkin aku tidak tahu bagaimana raut wajahmu saat hadirku pertama kali. Tapi kasih sayangmu menceritakannya dalam perjalanan waktu ayah, hari demi hari.
Betapapun dan bagaimanapun watak dan didikmu kerap kali keras, namun aku sangat tahu dirimu adalah sosok yang ramah. Kau juga sosok yang sederhana, sesederhana kau menyayangiku dalam diam, sesederhana kau memikirkanku yang jauh dari jangkauanmu, sesederhana hatimu yang begitu penuh dengan kebaikan. Seberapa sering dirimu memberi nasehat yang sama, namun rasa bosanku bukanlah menjadi yang utama.
Teruntuk dirimu cinta pertamaku..
Sungguh berdosanya diriku yang sering menanam kesal kepadamu, menganggap dirimu pemarah, tidak peka, tidak perhatian dengan segalaa sifat kekanak-kanakanku.
Tolong maafkanlah diriku, yang kerapkali tidak jujur kepadamu, sering membangkang dan banyak menyakitimu.
Aku lupa bahwa bebanmu lebih berat, bukan sekedar menanggung kebutuhan duniawi anak dan istrimu tetapi juga kebutuhan akhirat mereka.
Maafkanlah diriku, yang pernah menanamkan dosa untukmu, karena tidak menutup aurat dan sering bermaksiat.
Untukmu cinta pertamaku..