Mohon tunggu...
Rizal Pena
Rizal Pena Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Saya Golput? (Melawan Golput dengan Cerita)

27 Maret 2019   23:35 Diperbarui: 27 Maret 2019   23:45 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku golput"! Ungkap Sono ketika ngobrol di warung kopi. Manto yang menjadi rekan ngobrol hanya menggeleng kepala. 

"Kenapa geleng-geleng to? Bukankah kita milih atau tidak milih sama saja gak ngaruh bagi hidup kita? Bukankah yang terpilih 01 atau 02 sama saja gak bikin hidup kita lantas lebih baik? Daripada aku buang-buang waktu untuk nyoblos  yang gak jelas itu, mendingan aku cari duit dong, lebih jelas dan menguntungkan". Katanya.

Sambil nyeruput kopi Manto berkata, "Jadi gini son, untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku punya sebuah cerita. Jika kamu sudi mendengarkan, aku akan ceritakan padamu".

"Cerita apa si To?" Sono penasaran.

"Kamu mau mendengarkan"? Manto bertanya.

"Tentu". Jawab sono.

"Jadi gini son", manto mulai bercerita..

"Ada seorang siswa disekolahan bernama budi. Sewaktu jam istirahat ia jajan dikantin sekolahannya. Singkat cerita, Ketika jajannya telah habis, ternyata ia buang sampah disembarang tempat. 

Tukang kebun sekolah yang kebetulan lewat melihat, kemudian segera menegurnya agar mau membuang sampah pada tempatnya. 

Mendengar ada teguran dari tukang kebun, Budi merasa bahwa tidak perlu menanggapinya karena yang menegur itu hanyalah tukang kebun. Bukan siapa-siapa. Akhirnya Budi memutuskan untuk mengabaikan teguran itu.

Beberapa menit kemudian, datanglah kepala sekolah. Tanpa berbicara apa-apa hanya memandang siswanya yang bernama budi itu, kemudian tanpa basa basi dan tanpa disuruh segera budi memungut sampah dan dibuang pada tempatnya". 

                                       ......

"Pertanyaannya kenapa siswa yang bernama budi itu tidak mau menuruti teguran tukang kebun untuk membuang sampah pada tempatnya tapi justru melakukannya ketika melihat kepala sekolah padahal kepala sekolah tidak menyuruhnya?" Jawab Son! 

"Ya jelas lah to, kan kepala sekolah jabatanya lebih tinggi dan lebih punya wewenang atas muridnya dibanding tukang kebun itu, makanya muridnya takut dan segera memungut sampahnya". Jawab sono sambil mengunyah bakwan.

"Nah itulah Son pentingnya nanti kita memilih pemimpin negara. Coba bayangkan bisa gak kita orang biasa ini menutup tempat perzinahan? Bisa gak kita menutup tempat judi? Bisa gak kita membubarkan geng motor yang merusak? Bisa gak kita memberikan bantuan orang miskin yang jumlah nya banyak? Tidak bisa son! 

Tapi pemimpin negara bisa melakukan itu semua son, dengan catatan mereka adalah orang yang baik. Kalau yang terpilih pemimpin negara yang buruk justru sebaliknya akan merusak negara ini dengan membiarkan keburukan dan kejahatan tetap merajalela dibumi pertiwi ini. Jadi intinya son, pemimpin negara ini lah yang nanti akan menentukan nasib negara ini yang sedikit banyak akan berimbas pada diri kita masing-masing.

Kalau kamu gak milih alias golput bagaimana kalau yang terpilih pemimpin yang buruk Son?"

"Benar juga ya To", .."Tapi kalau dua-duanya buruk semua gimana to?" Tanya sono.

"Carilah yang terbaik dari yang terburuk itu son, untuk menghindari kerusakan yang lebih besar". 

"Jadi golput Son?"

"Oh gitu....Insya allah aku gak jadi golput to tapi bayarin kopi ini ya! Haha".

"Enak aja kamu Son... "

                                        .......

Cerita ini terinspirasi dari pengajian yang penulis ikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun