Tak ada yang pernah hilang dari abjad. Mau dibolak-balik sekehendak hati, senang, gembira, satir, nyinyir, abjad akan tenang saja. Beda dengan yang nyaring mendengung. Suara-suara bingung yang lenyap di senyap puncak-puncak gunung. Berhenti sebentar mungkin lebih untung. Ambil waktu untuk merenung.
Nikmati saja, kalau tidak bisa, lupakan juga mudah. Menilai sebuah karya lalu memberi tafsir seolah-olah, terlalu pongah. Kata-kata dari dulu merdeka, ikhlas dan tak pernah mencela. Pun rela bila disusun bolak-balik, dalam rasa lalu diolah. Tak pernah mengeluh juga lelah.
Lalu kalau rasa yang menjadi jiwa dari kata-kata, bagaimana menilai makna? Jujur merangkai rasa di setiap pilihan kata adalah sari dari semuanya. Bukan jumlah yang membaca, tidak pula dengung nyaring yang sesungguhnya hanya suara menyeret kecewa. Entah siapa dia, biarkan saja, mungkin dia sedang menderita, menulislah saja! Â
Jakarta, 6 April 2017