Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Camp 7 Gunung Raung yang Terbakar Itu

5 Oktober 2019   06:17 Diperbarui: 5 Oktober 2019   06:32 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Camp 7 Gunung Raung, dengan plakat penandanya di sebuah tonggak kayu | Foto: RIfki Feriandi

Berlanjut lurus dari arah masuk agak ke atas, juga ada lahan untuk mendirian beberapa tenda lagi. Tapi, area paling luas memang area tempat kita masuk.

Tonggak kayu dan keramaian | Foto: Rifki Feriand
Tonggak kayu dan keramaian | Foto: Rifki Feriand

Yang menyenangkan di sini adalah kita tidak perlu bertingkah seperti kucing. Iya, kita tidak perlu menggali tanah jika ingin membuang air besar. Tersedia "toilet kering" di sini. Terdapat dua buah toilet kering. Jangan dipikir toilet itu dilengkapi dengan kloset. Hanya sebuah lubang kecil khusus pup yang cukup dalam dan dinding seng sebagai penghalang sudah menjadi kemewahan buat pendaki mah.  

Tidak terlalu permanen seperti di Kalimati, di sini sederhana saja. Bahkan dengan toilet kering sederhana begini saja masih banyak ceceran sampah tissue dan lain-lain di sekelilingnya.

View yang emejing

Negeri di atas awan...beneran ini mah | Foto: Rifki Feriandi
Negeri di atas awan...beneran ini mah | Foto: Rifki Feriandi

Sesuatu yang diharapkan saat ngecamp di pos summit attack adalah pemandangannya. Ya, di Camp 7 ini pun kita disuguhi pemandangan yang keren sangat. Awan-awan menggumpal di bawah sana, putih mengkilat. Keren sekali. 

Tidak perlu ke Citorek yang macet stuck untuk merasakan negeri di atas awan. Eh . Karena ini mah beneran negeri di atas awan sesungguhnya. Dengan catatan standar: jika cuacanya bagus.

Saat kita memandang ke arah Barat, di sebelah kiri udara cerah. Namun di sebelah kanan kabut mulai menguasai. Alamat gak dapat sunset nih. Lalu beneran, kabut turun. Pekat. Sekonyong-konyong. Menggelap. Tapi tak lama, kabut menyisip. Pemandangan tersingkap lagi. Beberapa kali kejadian seperti ini berulang. Dan mendekati magrib, Alhamdulillah warna sepuh emas muncul. Nuansa biru muncul lalu tenggelam. 

Sorot mentari terkadang redum berganti pemandangan bulat sempurna, lalu setelah awan tipis sirna, sorot emasnya berkilau kembali. Lembut. Dan beruntung pula, kami melihat sebuah segitiga pyramid di kejauhan. Sebuah gunung. Semeru, katanya.

Siluet saat terbenamnya mentari | Foto: Rifki Feriandi
Siluet saat terbenamnya mentari | Foto: Rifki Feriandi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun