Mohon tunggu...
-
- Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jayabaya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Isu Reshuffle Kabinet: PKS Mendekat, PAN Memaksa, PDIP Menekan, dan Jokowi Pegang Penuh Kendali Politik Indonesia

24 Desember 2015   16:51 Diperbarui: 24 Desember 2015   18:03 4053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Presiden Jokowi (Dok: Kompas.com)"][/caption] Jelang tutup tahun 2015 dan menyambut tahun baru 2016, Hiruk pikuk politik tanah air kian menarik. Dan setahun pertama pemerintahannya. Presiden Jokowi berhasil membuat hampir semua partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih untuk berputar haluan. Putar haluan yang dilakukan oleh partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tak lain adalah disebabkan oleh lemahnya kekuatan politik motor penggerak Koalisi Merah Putih sekaligus Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Lemahnya posisi atau daya tawar politik Prabowo Subianto dan tidak adanya keuntungan yang bisa didapat dari Koalisi Merah Putih, Membuat Koalisi Merah Putih kini kian keropos dan hampir mendekati bubarnya Koalisi yang awalnya dibentuk secara permanen tersebut.

Putar haluan sepertiyang dilakukan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) yang pada 3 September lalu memutuskan putar haluan dan menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Jokowi-JK. Masuk dan bergabungnya PAN dalam pemerintahan, Ini kian membuktikan betapa sulit terbendungnya daya magic yang dimiliki oleh Jokowi. Selepas PAN tak lagi dipimpin oleh Hatta Radjasa.

PAN dengan Ketua Umum yang barunya mengambil jalan pintas yakni langsung menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan. Jalan pintas tersebut diambil karena PAN melihat keuntungan luar biasa pasti akan didapatnya jika bergabung dengan pemerintahan. Meskipun terkadang masih ada suara-suara tak sejalan dengan keputusan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan. Contohnya saja Amien Rais, lahan-perlahan tokoh penggagas reformasi tersebut akhirnya larut dalam hiruk pikuk politik yang dimainkan oleh Zulkifli Hasan. Terbukti kini Amien Rais lebih banyak diam ketimbang bicara sebagaimana yang sering dilakukannya setelah Jokowi menang pilpres lalu.

Namun sesungguhnya keputusan PAN yang memutuskan untuk keluar dari gerbong Koalisi Merah Putih besutan Prabowo, sesungguhnya merupakan pukulan telak bagi Koalisi Merah Putih. Pasalnya saat itu, Koalisi Merah Putih berhasil menduetkan Prabowo-Hatta dalam Pilpres lalu, dan pada saat itu pula strategi-strategi untuk melawan pasangan Jokowi-JK terus dikumandangkan.

Namun setelah PAN resmi berganti kepemimpinan, PAN mampu melihat dan membaca mengenai situasi politik yang dapat menguntungkannya. Keputusan PAN keluar dari KMP membuktikan betapa lemahnya kekuatan ataupun daya tawar yang dimiliki olhe KMP, Setelah Golkar dan PPP terbecah belah menjadi dua keping. Itu artinya daya tawar Prabowo Subianto kini makin lemah dan sulit dibendung oleh daya magic yang dimiliki oleh Jokowi.

Kekuatan Koalisi Merah Putih dalam waktu dekat, cepat atau lambat akan kembali dipastikan kehilangan salah satu energi terbesarnya selama ini. Selama ini salah satu energi terbesar KMP ada pada Partai Keadilan Sejahterah. Namun kini sudah terbaca jelas bahwa Partai Keadilan Sejahterah dipastikan akan segera merapat dan menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Jokowi-JK. Hal tersebut terbaca dari perubahan sikap yang ditunjukan oleh elit PK yang Selasa lalu mendadak bertemu dengan Jokowi di Istana Merdeka.

Perubahan sikapo politik PKS yang kini dipimpin oleh orang-orang yang memiliki pemikiran revolusioner rupanya berhasil terpihat dengan daya magic politik yang dimiliki oleh Jokowi. Dengan mudahnya saat pertemuan tersebut. Presiden PKS, Sohibul Iman memuji-muji program-program yang telah diluncurkan oleh Presiden Jokowi. Bahkan sinyalemen PKS akan bergabung dengan pemerintah makin terasa setelah Presiden PKS, Sohibul Iman juga menyatakan akan mendukung semua program yang dilucurkan oleh Jokowi. Hal ini kian membuktikan bahwa daya tawar politik Jokowi kian tak terbendung lagi.

PKS selama ini menjadi partai yang paling getol menyebar fitnah, pencemaran nama baik yang ditujukan terhadap Jokowi. Tetapi dalam waktu cukup singkat pasca Munas PKS yang digelar pada bulan Oktober lalu, Pimpinan PKS yang baru telah mengambil sikap yang sudah daat ditebak akan meninggalkan Koalisi Merah Putih. Tentunya keputusan PKS yang sudah mulai jatuh hati dengan Jokowi dan mulai menujukan ketertarikannya untuk bergabung dengan pemerintahan juga sudah berhasil membuat opini bebas keluar dari ucapan-ucapan elit Gerindra.

Elit Gerindra bahkan menyatakan bahwa PKS sepertinya sedang mengejar kekuasaan kembali dan mengkhianati KMP, yang merupakan rumah besar bagi perkumpulan pendukung Prabowo. Namun kini PKS dipastikan, Cepat atau lambat akan segera pergi meninggalkan rumah perkumpulan Prabowo dan masuk ke dalam pemerintahan Jokowi, yang  akan sangat menguntungkan bagi PKS, terutama Jokowi. Karena kekuatan di parlemen akan kembali dikuasai oleh partai-partai pendukung pemerintah (P4).

Selain itu opini-opini miring yang dibuat oleh elit Gerindra tersebut makin menunjukan bahwa sebenarnya Gerindra saat ini sedang dilanda kepanikan dan kecemasan yang luar bisa terkait mulai merapatnya PKS dengan Jokowi. Apalagi pasca pertemuan tersebut, Elit PKS juga menyatakan akan kembali bertemu dengan Jokowi dalam waktu dekat. Tentunya hal-hal inilah yang kian membuat Gerindra tampak sangat cemas.

Karena jika PKS benar-benar pergi meninggalkan Koalisi Merah Putih, Maka bisa dipastikan nasib Koalisi Merah Putih kian tak jelas bahkan bisa bubar akibat tak ada lagi kekuatan politik KMP yang sedari awal sudah sepakat menjadikan KMP sebagai Koalisi permannen dengan beberapa partai termasuk PAN, yang sudah lebih dulu meninggalkan KMP, Lalu kemudian PKS yang sudah bisa dipastikan akan mendukung Jokowi. Dan pada akhirnya Koalisi Merah Putih tak lebih dari sebiah lelucon politik lantaran tak ada lagi kekuatan yang menyokong Koalisi besutan Prabowo Subianto tersebut. Itu artinya kini kekuatan KMP sudah tak lagi memiliki kekuatan secara politik, Karena hanya dihuni oleh Gerindra sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun