Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Suatu Hari "Ber-Backpacker" di Jalan Asia Afrika - Bandung

1 Maret 2019   21:15 Diperbarui: 1 Maret 2019   22:25 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Keterangan Photo: Penulis berpose di baliho di depan kantor pusat Harian Umum /dokpri

 Di tengah jalan, kami melihat Gedung Konferensi Asia Afrika yang terkenal itu, sudah dibuka saat jam menunjukkan pukul 14 siang. Kami lalu masuk ke dalam dan terasa nikmatnya sejuknya udara AC di tengah udara yang panas tersebut . Meskipun saya sudah 48 tahun tinggal di Bandung, baru kali ini masuk ke Gedung bersejarah ini. 

Di dalam ruang pameran tersebut,  tampak berbagai photo yang  ditata apik menggunakan kaidah manajemen museum modern. Koleksinya yang cukup lengkap itu dibuat sekuensial, agar memudahkan pengunjung mengenang kembali peristiwa bersejarah di tahun 1955 itu dari awal hingga akhir.  Ada photo besar tokoh AA yang menarik untuk dibuat latar belakang selfie. Udara AC yang dingin dan sejuk, lampu ruang yang cukup terang, serta photo yang dipajang dengan menarik, membuat saya juga betah berlama-lama di sini.   

             Beberapa sudut pajangan tampak ditata mengikuti trend spot untuk ber-photo selfie, sebagaimana trend di setiap objek wisata di era Medsos ini. Tampaknya pengelola museum menyadari faktor daya tarik ini. Ada beberapa spot photo yang memang bagus dan unik yang akhirnya bisa pula mengekspresikan hobi Photography. Sayangnya, panitia melarang pengunjung membawa tripod untuk berphoto di Muesum ini . Entah apa alasannya....!

            Saat keluar dari ruang museum, saya terhenti sejenak dan  berdialog dengan seorang petugas museum. "Kang, coba jelaskan..Apa masih relevankah  kejadian Konferensi Asia Afrika yang terjadi 50 tahun lebih ini dengan kondisi  jaman sekarang?" tanya saya.

 "Bukankah sekarang dunia sudah banyak berubah, termasuk peta  kekuatan politik. Para penggagas dan pemimpin negara Asia Afrika tersebut juga sudah tidak ada. Negara Asia Afrika juga berubah strategi dan haluan politiknya. Bahkan, negara Asia Afrika itu sendiri, banyak yang  saling bertengkar, ber-konflik, bahkan berperang...Merebut pengaruh politik dan sumber ekonomi buat kepentingan rakyatnya masing-masing.. Mereka seperti lupa tuh dengan solidaritas yang dulu dicanangkan di AA ini, sebagai sesama Bangsa Asia dan Afrika. .." komentar saya namun sambil tersenyum iseng. Maksud saya, pertanyaan saya kalau enggan dijawab , ya ng apa-apa juga.  

(Keterangan Photo: Berpose di ruang museum Konferensi AA Bandung, dengan latar belakang para Pengagas Dasa Sila Bandung yang terkenal itu / Photo by: Dhinda Ayu Amelia)
(Keterangan Photo: Berpose di ruang museum Konferensi AA Bandung, dengan latar belakang para Pengagas Dasa Sila Bandung yang terkenal itu / Photo by: Dhinda Ayu Amelia)
              "Justru itu, Pak..! Nilai-nilai Konferensi Asia Afrika ini yang dirumuskan dalam apa yang dikenal dengan  DASA SILA BANDUNG itu, semakin relevan sampai sekarang. Malah harus kita pelihara sampai kapan pun. Di antaranya dengan adanya museum ini. Jadi, museum ini bukan sekedar peringatan sejarah suatu peristiwa yang lalu saja. Akan tetapi, merupakan sumber daya buat mengingatkan tentang "Values" yang harus ada melekat pada seluruh bangsa di Asia Afrika. Dengan adanya Museum  ini, paling tidak diingatkan kembali bahwa kita dulu pernah punya ikrar/janji. Janji  yang bisa mengurangi konflik di antara kita para bangsa Asia Afrika ini. " jawabnya dengan lancar. 

Wow..jawaban yang cerdas..! 

            "Yang menjadi permasalahan kita sekarang, justru kita seperti kehilangan pemimpin besar yang kharismatik di Asia Afrika sebagaimana dulu ditunjukkan oleh Ali Sastroamidjojo (Indonesia), Muhammad Ali Bogra (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India), John Kotelawala (Srilakngka), U Nu (Burma) bakan Soekarno. . Mereka bukan saja penggagas Konferensi Asia Afrika, namun juga merupakan Tokoh dan Pemimpin  yang mampu menjadi perekat bangsa Asia Afrika. Kalau saja, sekarang muncul tokoh sekaliber mereka, mungkin perang dan konflik di kalangan sesama bangsa Asia Afrika ini akan berkurang. " katanya mengakhiri obrolan kami.

Dalam perjalanan kembali kami ke Hotel Preanger, saya mencoba mengingat-ingat kembali isi Dasa Sila Bandung yang disebut oleh petugas Museum tadi, yaitu:  

1. Menghormati Hak-Hak Dasar Manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB

2. Menghormati Kedaulatan dan Integritas Teritorial semua bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun