Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dengan BPJS Bisa Memberikan Perawatan Terbaik untuk Ibuku

6 Desember 2018   11:39 Diperbarui: 6 Desember 2018   12:29 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: CNBC Indonesia

Aku dilahirkan dari keluarga yang tidak begitu berpunya. Kehidupan sehari-hari ditopang dari penghasilan bapak ibu sebagai petani dengan lahan sawah yang tidak begitu luas. Untuk keperluan pembayaran sekolah, ibuku seringkali membuat jajanan untuk dijual keliling di desa kami. Saat masih duduk di bangku SMP dan MA, aku  sering membantu ibu berbelanja di pasar untuk membeli bahan-bahan persiapan barang dagangan.

Walaupun dari keluarga yang tidak berada, namun keinginanku untuk tetap melanjutkan sekolah selalu berkobar. Peringkat kelulusan yang masih dalam kategori lulusan terbaik dengan nilai yang tidak mengecewakan, membuatku berani mematok cita-cita untuk suatu saat nanti menjadi bagian dari tenaga kesehatan. Pengalaman masa kecilku di bangku sekolah dasar menjadi dokter kecil, membuatku ingin menjadi perawat.

Akhirnya tibalah masa kelulusan di madrasah Aliyah. Walau aku bisa lulus dengan nilai yang lumayan membanggakan, namun awalnya aku tidak membayangkan  bisa lanjut kuliah. Rasanya tidak berani bilang ke orang tua untuk mendaftar di perguruan tinggi. 

Hingga pada suatu hari aku membaca brosur pendaftaran ke akademi perawatan negeri.  Dengan berbekal brosur tersebut, aku mencoba bilang ke orang tua untuk mencoba mendaftar. Orang tua ternyata mengijinkan, walaupun tidak tahu bagaimana biayanya nanti, darimana biaya tersebut berasal.

Akupun mendaftar dan mengikuti seleksi, Alhamdulillah walaupun cukup berliku-liku seleksinya, mulai dari seleksi administrasi, pemeriksaan tinggi badan sebagai salah satu syarat bisa mendaftar, seleksi uji tulis, uji kesehatan, aku bisa diterima dari ribuan peserta yang mendaftar. 

Masalah biaya menghadang. Aku sudah diterima dan harus segera mulai membayar biaya pendaftaran ulang. Dengan bermacam usaha dan hutang ke sana kemari, biaya itu bisa didapatkan dan akhirnya aku bisa kuliah di sebuah instansi pendidikan keperawatan seperti cita-citaku. Singkat cerita, tibalah masa kelulusanku dan  aku sudah bisa bekerja di sebuah instansi negeri sebagai PNS sesuai harapan.

 Aku tidak bisa membalas kebaikan orang tuaku. Orang tua yang telah berkorban begitu banyak, mendidik dan merawat kami anak-anaknya berenam termasuk diriku. 

Hingga suatu hari bapakku jatuh sakit. Beliau kena serangan stroke, dirawat di rumah sakit hingga belasan hari. Waktu itu belum ada program BPJS, sehingga masih dirawat dengan membayar biaya perawatan sendiri sesuai kelasnya. Kondisi keluarga kami tidak memungkinkan untuk membiayai dengan kelas perawatan terbaik, sehingga bapak lebih banyak dirawat di rumah. Kondisi bapak sempat pulih dan bisa kembali beraktivitas, hampir 2 tahun sejak  serangan tersebut. 

Berkaca dari pengalaman sakitnya bapak tersebut, ketika ada program BPJS termasuk PNS bisa menanggung orang tua, akhirnya aku memutuskan untuk memasukkan ibu dalam BPJS dengan mekanisme pembayaran sebagian ditanggung dari gaji di setiap bulannya. Untuk kelas perawatan pertama, kami menambah setoran yang dibayarkan lewat bank. 

Awalnya ibuku tidak pernah menggunakan kartu tersebut. Kalaupun sakit, beliau lebih senang berobat ke  tenaga kesehatan terdekat. Namun aku tidak lantas menghentikan pembayaran BPJSnya. Biasanya aku bayarkan setahun sekalian agar tidak membingungkan dan lupa membayarnya.

Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan terlewati, tahun demi tahun terlampui, ibuku tidak pernah memanfaatkan kartu tersebut. Alhamdulillah beliau jarang sakit, sehingga keberadaan kartu tersebut memang tidak begitu banyak dipakai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun