Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pengamanan Kesehatan pada Kegiatan Pejabat Negara Setingkat Menteri (VIP)

12 Oktober 2019   15:21 Diperbarui: 13 Oktober 2019   03:14 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta selesai menjenguk pasien korban rusuh massa dan meninjau Puskodalkes RSAL dr. Mintoharjo (sumber Tim IT RSAL MTH)

Gubernur DKI Jakarta selesai menjenguk pasien korban rusuh massa dan meninjau Puskodalkes RSAL dr. Mintoharjo (sumber Tim IT RSAL MTH)
Gubernur DKI Jakarta selesai menjenguk pasien korban rusuh massa dan meninjau Puskodalkes RSAL dr. Mintoharjo (sumber Tim IT RSAL MTH)

Pada kesempatan ini penulis juga ingin berbagi pengalaman tentang dukungan kesehatan terpadu diantaranya kepada pejabat VIP pada kegiatan internasional Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2018 di kota Mataram, Perairan Lombok dan Bali Utara. MNEK adalah latihan bersama antara TNI AL dengan Angkatan Laut negara lain yang dipadu dengan kegiatan promosi pariwisata daerah. Pada even tersebut hadir para pejabat VIP Angkatan laut negara sahabat dan menjadi tamu negara. Dalam organisasi tugas penyelenggara MNEK 2018, penulis mendapat tugas sebagai Ketua Bidang Dukungan Kesehatan.

Tergabung dalam dukungan kesehatan kegiatan tersebut 194 personel kesehatan yang terdiri dari 69 orang dari TNI AL dan dibantu 125 dari Denkesyah TNI AD Mataram, Biddokkes Polda NTB, RSUD Mataram dan Dinkesprov NTB. Untuk mendukung kegiatan MNEK 2018 disiapkan 32 mobil ambulan dan 3 tim food security serta 1 unit Helikopter Puspenerbal untuk ambulan udara.

Untuk kegiatan latihan di laut baik aspek kapal atas air, pesawat udara maupun penyelaman, kesehatan internal TNI AL sudah rutin melaksanakan dukungan. Namun selain kegiatan profesi militer, juga dilaksanakan kegiatan yang melibatkan publik berupa kirab budaya di jalan utama kota, pameran di kawasan Islamic Center, panggung hiburan, City Tour, Marine Village di kawasan pelabuhan, Fun Run, Fun Bike, seminar dan pertemuan pejabat utama Angkatan Laut dari negara peserta serta perkemahan pramuka, tentu juga mengandung resiko keamanan. Salah satu pertimbangan yang disampaikan dalam rakor bidang pengamanan diantaranya adalah adanya sel-sel tidur kelompok radikal yang ada di NTB. Jadi pada kegiatan MNEK 2018 terdapat resiko keamanan bagi pejabat VIP, masyarakat dan resiko latihan serta resiko penyakit umum.

Pelaksanaan MNEK 2018 hingga ditutup tanggal 11 Mei berjalan aman, tidak ada kendala berarti di bidang kesehatan. Penulis kembali ke Surabaya dengan penuh syukur, sampai 3 hari setelah penutupan MNEK terjadi ledakan bom di beberapa lokasi di Surabaya. Penulis terhenyak dan berpikir andai teroris melakukan aksi di Mataram saat pelaksanaan MNEK 2018, tentu nama Indonesia dipertaruhkan karena saat itu terdapat ribuan personel Angkatan Laut dari 32 negara yang sedang berada di wilayah NTB, selain mengadakan latihan juga menikmati potensi wisata daerah NTB.

Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Selain latihan kelompok dalam bentuk tim medis untuk memberi bantuan kesehatan pada kegiatan dukungan. Kepada pehabat negara,  publik maupun kegiatan satuan TNI dalam rangka operasi militer, menurut penulis sebaiknya setiap individu masyarakat, karyawan kantor; perusahaan dan pekerja informal sebagai orang awam, perlu juga memiliki ketrampilan BHD.

Kemampuan BHD individu penting untuk menyelamatkan orang yang sedang mengalami kegawatdaruratan henti napas maupun henti jantung di lingkungan di mana yang bersangkutan berada. Pertolongan ini penting sebelum bantuan tim medis datang sampai di lokasi kejadian. Henti napas dan jantung serta berhentinya suplai oksigen ke otak dapat menyebabkan kematian otak permanen.

BHD adalah upaya mengembalikan bekerjanya kembali fungsi pompa jantung dan paru yang karena sebab tertentu berhenti berfungsi, melalui serangkaian tindakan yang disebut dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Selain secara manual, tindakan pertolongan dapat dilakukan dengan alat AED (Automated External Defibrilator), alat ini bahkan sudah disiapkan di area publik seperti di Bandara. Mereka yang pertama kali melihat korban dan berada di sekitar korban yang mengalami henti jantung dan henti napas, merupakan orang yang pertama seyogyanya memberi repon dan melakukan BHD ( first responder).

Alat AED di bandara Ngurah Rai (sumber : bali.tribunnews.com 21 Januari 2015)
Alat AED di bandara Ngurah Rai (sumber : bali.tribunnews.com 21 Januari 2015)

Bahkan menyadari peran penting first responder sebagai bagian dari rantai manajemen kegawatdaruratan di masyarakat, RSAL dr. Mintoharjo pada tahun 2018 pernah mengadakan latihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi para pengendara ojol. Para pengendara ojol dan setiap warga masyarakat awam seyogyanya berperan melakukan pertolongan awal pada kasus kegawatdaturatan kesehatan sambil menunggu datangnya bantuan medis definitif, namun tentu saja mereka harus dilatih terlebih dahulu. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan menjelang penyeleggaraan Asian Games 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun