Mohon tunggu...
Perdana A. Negara
Perdana A. Negara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

s1 administrasi publik, Fisip Unsoed.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fantasia

9 Agustus 2019   22:32 Diperbarui: 9 Agustus 2019   22:39 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerimis dilihat dari lantai Sembilan---apartemen milik Julia---terlihat bak ribuan jarum yang berjatuhan, keperak-perakan  karena pantulan cahaya lampu jalan Jakarta yang cukup terang dari bawah sana.

Gerimis dengan background hitam malam dikejauhan sana membuat suasana terlihat dari ketinggian terasa renyah.

Wanita itu adalah sumber kebahagiaan sekaligus masalah buatku.

Bayangkan, aku mesti berurusan dengan dokter sejak tiga bulan terakhir hanya karena dia mengancam akan menyambangi kediamanku jika aku membuatnya kesal atau cemburu.

Entahlah, masalah gangguan tidur katanya. Dokter memberikan obat yang aku tidak peduli apa nama dan kandungan isinya, yang penting aku bisa tidur, beres. Sebuah pelarian, sebuah ketergantungan baru.

Singkatnya, setelah memastikan wanita itu baik-baik saja, aku mengobati memar dikepalanya dengan air es. Setelah itu kuputuskan untuk tidur.

Aku mengambil obatku yang sebelumnya kusimpan di laci obat. Kuambil segelas air putih dan langsung meminumnya. Kemudian aku duduk diatas meja kayu sambil berusaha untuk rileks dengan kedua kaki tergantung setinggi 25 senti.

Aku mengurungkan niat untuk merokok karena pendingin ruangan yang masih menyala.

Pada menit kesepuluh setelah minum obat, tiba-tiba tubuhku tidak bisa digerakkan, kaku sejadi-jadinya. 

Bukannya rasa kantuk yang menjalar, malah rasa segar berlebihan yang menjejal dibalik pelupuk mata.

Nafasku mulai sedikit panas. Jantung memompa darah lebih cepat. Efeknya hampir mirip seperti minum Viagra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun