Lebih lanjut Budi Waseso menyatakan sebagai negara agraris, Indonesia tak seharusnya mengimpor beras. Ia menyebut impor beras ini hanya akan menyerap devisa negara yang besar, terlebih dengan kondisi harga tukar rupiah yang lemah.
Tetap Impor Beras
Penolakan Budi Waseso itu tidak diindahkan. Keputusan total impor beras 2 juta ton itu akhirnya tetap dijalankan dengan berdasarkan sudah menajdi keputusan pembahasan bersama dengan menteri koordinator. Dalihnya tidak mau ambil risiko ancaman musim kemarau.
Lebih lanjut, dilansir di CNBC saat itu, Kemendag menganggap data surplus itu hanya di atas kertas. Data di lapangan menyatakan sebaliknya. Menurut data Kemendag, stok beras dalam negeri justru terus anjlok sejak bulan April 2017. Pada bulan Januari 2018 dan Februari 2018 bahkan sudah membukukan defisit masing-masing sebesar 48 ribu ton dan 246 ribu ton. Selepas Maret, baru data beras menunjukkan adanya perbaikan, namun jumlahnya tetap minim.Â
Namun, Nyatanya Surplus Betulan (?)
Dilansir Detik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung data produksi beras salah perhitungan selama ini. Laporan yang dia terima dari Badan Pusat Statistik (BPS) sudah terjadi salah perhitungan produksi beras sejak 1997.
Data dari tiap lembaga bisa berbeda-beda. Sebagai masyarakat, kita jadi bingung dan bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya berlindung di balik data yang salah ini, ya? Adakah yang mencari keuntungan dengan membiarkan kesalahan data ini?
Silakan dinilai sendiri.