Masuknya kata warganet dan netizen menjadi kata baku resmi versi KBBI menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia itu dinamis. Penggunaan bahasa (Indonesia) secara alami akan mengikuti kebutuhan penuturnya. Â Kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya inilah yang disebut dengan ragam bahasa. Formal, semi formal, non formal; jurnalistik; populer dan ilmiah, adalah macam-macam ragam bahasa.
Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 13---14), ragam bahasa ini memiliki dua ciri, yaitu kemantapan dinamis dan kecendikiawan. Kemantapan dinamis berarti aturan dalam ragam bahasa ini telah berlaku dengan mantap, tetapi bahasa ini tetap terbuka terhadap perubahan (terutama dalam kosakata dan istilah). Ciri kecendikiawan terlihat dalam penataan penggunaan bahasa secara teratur, logis, dan masuk akal.
Dalam penulisan artikel populer, tidak ada salahnya jika kita menggunakan istilah-istilah yang populer dan familiar, alih-alih menggantinya dengan kata serapan yang baku, tapi membingungkan pembacanya. Begitu pula dalam penulisan karya tulis ilmiah. Kata atau istilah populer bisa kita gunakan sepanjang kita memenuhi kaidah penulisannya dengan benar, yakni ditulis dengan huruf miring apabila kata tersebut belum terserap secara baku.
Satu syarat lagi dalam pemakaian kata asing yang populer adalah, kita harus menggunakannya secara konsisten. Artinya, jika sejak pertama kita menuliskan online, maka kata ini harus tetap kita pakai terus hingga akhir. Jangan sampai berubah-ubah. Di awal tulisan memakai kata online, kemudian berganti menjadi daring, berubah lagi menjadi online.