Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengalami Rasanya Menjadi Minoritas Ganda di Beijing, Republik Rakyat Cina

3 Mei 2019   08:22 Diperbarui: 3 Mei 2019   08:54 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Katedral St. Josep Beijing (dok.pri.)

"Hei!" Mata seorang lelaki bermata sipit menatap tajam kepada anakku, Lukas yang berlarian dan menyenggolnya di trotoar jalan di Beijing, RRC, kemarin 2 Mei 2019. Secara refleks saya yang Batak ini menatap juga hampir sama tajamnya, karena merasa diri ini pribumi dan dia nonpribumi, tetapi setelah melihat sekeliling tersadarlah saya di negeri tirai bambu yang hampir 2 juta rakyatnya beretnis Cina. Disini merekalah pribumi dan kami sekeluargalah yang orang asing.

"Sorry..."Kata saya sambil tersenyum manis, lalu anakku yang kupegang kuat-kuatpun mengatakan minta maaf yang sama dan si pria pun tersenyum mengangguk.

Latihan dansa di depan gereja (dok.pri.)
Latihan dansa di depan gereja (dok.pri.)

Di Beijing, ada gereja Katolik tertua disana yaitu Katedral Santo Josef, yang dibangun tahun 1655 oleh Buglio dari Italia,  saat pertama kali mendarat dan berdagang di Cina.  Letaknya saat ini di jalan Wangfujing yang menjadi tempat  perbelanjaan dan wisata di Beijing. 

Di gereja ini ada misa setiap jam 6 pagi dan 4 misa pada hari Minggu dimana pukul 4 sorenya memakai bahasa Inggris. 

Pelataran gereja yang pada pagi dan siang hari menjadi tempat "selfie" bahkan foto "prewedding" favorit,  di malam hari menjadi tempat latihan dansa dan tari kreasi di Beijing. 

Menari di trotoar (dok. Pri.)
Menari di trotoar (dok. Pri.)

Namun di Beijing dan RRC keseluruhan,  kebanyakan agamanya Budha atau Konghucu atau malah atheis, muslim juga cukup banyak,  ditandai di sekitar hotel kami Sunworld,  ada dua restoran halal yang kami temui. 

Jadi,  sebagai penganut agama kristen,  sayapun merasa minoritas di kota ini. 

Patung Shio babi tanah (dok.pri)
Patung Shio babi tanah (dok.pri)

Seni patung di Cina memang sangat terkenal dari dahulu kala,  jangan heran sepanjang jalan Wangfujing saja ada banyak patung untuk berfoto dan tentu saja patung babi tanah sebagai pertanda shio tahun 2019.

dokpri
dokpri

Nah,  apakah saya yang hanya bisa bahasa Inggris terbatah-batah dan hanya mengandalkan penerjemah bahasa Mandarin aplikasi dan beragama Kristen merasa minder di negeri ras kuning yang kebanyakan atheis ini?  Ya,  jujur saja saya merasa minder karena merasa berbeda.  

Tetapi apakah penduduk kota Beijing ini menganggap kami sekeluarga aneh?  Ternyata tidak,  selagi kita sopan,  taat aturan dan mau bayar apa yang kita beli dengan mata uang yuan yang pas,  tidak kurang,  mereka santai saja. 

kubah mesjid? (dok.pri)
kubah mesjid? (dok.pri)

Maka menurut saya,  mau mayoritas tunggal atau minoritas ganda,  itu tidak  ada masalah selagi semua orang dapat tertib dan mengikuti aturan main yang ada. 

Bentukan kubah mesjid di Beijing (dok.pri.)
Bentukan kubah mesjid di Beijing (dok.pri.)

Walau Partai Komunis Cina terkesan diktator dan monopoli di bidang politik,  namun di bidang kebudayaan,  perekonomian, seni dan agama, cukup diberi kebebasan selama tidak melakukan manuver politik praktis yang mengancam keamanan negara. 

dok.pri
dok.pri

Polisi pun siap berjaga tiap kilometer ada dua berpatroli,  menimbulkan rasa nyaman dan aman bagi para wisatawan. 

dok.pri
dok.pri

Demikian kurang lebih hari pertama liburan saya ke Beijing yang masih adaptasi status kepribumian,  tutur kata dan spiritualitas. Semoga saya tidak minder lagi di lain waktu. 

Sumber : dokumentasi kompal
Sumber : dokumentasi kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun