Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Kabarku Si Pongo dari Rimba Borneo

4 Juli 2017   16:22 Diperbarui: 4 Juli 2017   19:36 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pongo atau Orangutan yang ada di Gunung Palung. Foto dok. Brodie Philp

Pongo, demikian aku sering disebut. Aku penghuni dari rimba raya hutan  Borneo yang umurnya lebih tua 70 tahun dari hutan Amazon atau sekitar 130 juta tahun. Mungkin, usiaku tak mampu menyamai umur hutan Borneo namun aku berharap setidaknya bukan usiaku tetapi generasiku nantinya.

Kabarku sejak dari dulu orang memperbincangkanku, karena mungkin namaku sama dengan mereka. Samanya ya karena aku juga orang, tetapi berasal dari hutan.  Orang Hutan, orang-utan, orangutan, orangutans, dan Si Pongo demikian banyak orang menyebutku.

Hutan bagiku rumah sekaligus menjadi tempat untuk mencari makan untuk bertahan. Ragam buah-buah hutan, bunga, kulit kayu, rayap dan umbi-umbian itulah makanan sehari-hariku.

Di hutan rimba, rimba raya sejatinya menjadi rumah ideal bagi kami para satwa termasuk segenap makhluk lainnya yang hidup berdampingan dengan kami. Tidak terkecuali sahabat kami manusia yang tak lain pula orang yang hidup dan senasib dengan kami. Tidak terkecuali sesama kami Pongo di Sumatera.

Dulu dan kini telah jauh berubah, kabarku di belantara, rimba raya sudah semakin sulit dan sempit. Sekarang tak banyak yang memperdulikan kami hanya karena investasi juga ekonomi. Atap-atap rumahku berupa tajuk-tajuk pepohonan acap kali menjadi korban dari ulah sebagian orang yang mengabaikan apa manfaat kami (Pongo dan hutan).

Tak jarang, rumah kami diporakporandakan, dibumihanguskan hingga  menjelang terkikis menjelang habis.

Katanya aku Si Penyebar biji-bijian untuk keutuhan makhluk penghuni bumi yang jika boleh dikata biji-biji itu tumbuh yang kelak juga menjadi pohon (hutan atau rimba raya) tempat kita, rumah kita bersama demikian adanya. Adanya hutan setidaknya juga menjadi penyambung nafas bagi segenap makhluk pula bukan hanya kami Pongo semata namun kiranya untuk keberlanjutan hingga nanti.

Pongo, jumlahku kini tidak raya dan tak banyak seperti dulu kala. Sangat terancam punah dan semakin sulit untuk berkembang biak itu menjadi kendala bagi kami.

Hewan/primata dilindungi itu juga yang disematkan kepadaku dan sesamaku Pongo saat ini. Dilindungi karena jumlah kami sudah semakin sedikit dan hutan sebagai rumah kami semakin sulit berdiri karena kalah berdiri dengan megahnya bangunan menjulang tinggi di sekitar belantara. Di keruk, disisir, dipanggang hingga dikikis itu adanya kami kini.

Kami (Pongo dan rimba raya) memang ada yang dijaga dan dilindungi, tetapi banyak rimba yang tak  lagi raya. Terhimpit, di himpit itu adanya kami saat ini.

Selogan dan aksi melindungi dan menjaga kami (Pongodan rimba raya) tak jarang terhalang jurang pemisah. Pemisah yang tak jarang pula menjadi tantangan dikala kami disayang namun keberadaan kami menjadi korban/dikorbankan entah hingga kapan berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun