Kau ada dimana?
Tak lagi kau di situ, tempat dulu kita mengukir langit. Mereda amuk ombak laut. Memahat batu gunung. Mencipta keabadian fana.
Lama kau kucari. Setiap tempat kudatangi.
Aku bertanya pada angin dan cekungan tapak kaki yang masih tersisa. Mereka diam. Satu kata pun tak terucap. Seperti hilang suara. Seperti tanpa bibir. Beberapa hanya bisa menitikkan air mata
Kau dimana ?
Malu-malu kudatangi malaikat. Menyibak jubahnya. Dia terdiam. Sedikitpun tak bergerak. Hanya menitikkan air mata darah.
Kau dimana ?
Kujala setiap kata yang berterbangan. Satu satu kutelisik lekuknya. Kuhampar acak di permadani langit. Kususun berpatuh deret urut. Dari matahari terbit hingga kembali terbit.
Kau dimana ?
Saat lelah. Berteduh aku di pelukan iblis. Berdendang kerinduan. Datanglah api berbisik. Kuikuti ujung lidanya. Menyusuri lorong gelap. Menuju padang abu.
Di koodinat rindu. Kulihat sosok samar serasa dirimu. Timbul dan tenggelam dibalik tirai asap tebal tertiup. Tampak berdansa bersama arang culas. Begitu mesra.
Kau kah itu ?
Setiap detik kuhitung. Berharap sesekali kau menengadah langit merah jingga. Membaca ukiran peristiwa, yang dulu kita racik dengan satu hasrat. Itulah peta untukmu, bila kelak ingin pulang....
------
(Pebrianov10/10/2015)
Sumber Gambar