Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahmad Riza Patria, Hampir Pasti DKI-2, Membaca "Nasib" Anies Baswedan

20 Januari 2020   18:40 Diperbarui: 20 Januari 2020   18:43 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ugal-ugalannya Anies dalam mengatur Jakarta tidak lepas dari ketiadaan wakil, sehingga tidak ada yang mengerem. Salah satu harapan dengan adanya wakil adalah bisa memberikan masukan yang sedikit lebih baik. Selama ini eksekusi selalu ada di tangan Anies sendiri dengan TGUPP-nya yang memang cenderung ugal-ugalan.

Memangnya akan bisa? Paling tidak, posisi wakil orang partai penuh akan memberikan tekanan psikologis politis bagi Anies Baswedan dkk. Jika mau menggusurnya dari kursi gubernur, jelas wakilnya akan naik menggantikannya. Artinya Gerindra bisa memiliki gubernur definitif, kader sendiri.

Posisi berbeda ketika gubernur tidak ada wakil, mau mendongkel tentu menjadi ribet, jauh lebih relevan ketika wakil terisi oleh kader sendiri dengan kepastian dan bisa dipercaya, kemudian gubernur masih ugal-ugalan, mengapa tidak dihentikan. Ini jelas sangat mungkin.

Hal yang sangat pas, kemudian ideal bagi PKS sehingga kadernya bisa menjadi wakil gubernur definitif pula. Kedua pejabat kader masing-masing partai yang benar-benar bisa dipegang komitmennya terhadap wilayah dna partai tentunya.

Selama ini, susah melihat rekam jejak Anies bagi perkembangan dan nama baik partai. Toh pembelaan kepada Anies selama ini hanya sekadar basa-basi, karena kepentingan untuk slot wakil gubernur yang harus melalui Anies Baswedan. Nama kedua partai malah ikut terkena getah padahal bukan kadernya, kan rugi.

Pola ini jauh lebih realistis dan tidak banyak menimbulkan polemik dan ekses politis jalanan, seperti ormas-ormas tertentu yang malah lebih oposan dari oposan dengan pemerintah pusat. Misalnya kepolisian, kejaksaan, atau KPK mengurus Anies, sebagai saksi saja, betapa akan hehohnya mereka berteriak-teriak.

Politik  identitas, dan politik rasis, agamis menjadi tameng atas ugal-ugalannya Anies mengelola Jakarta. Ini sudah dalam sebuah rangkaian skenario. Jika ada tindakan ini, akan ada aksi ini, dan itu sudah ditunggu-tunggu.

Kesuksesan memidanakan Ahok menjadi bahan bagi mereka-mereka yang memang tidak mau belajar untuk maju. Sekali saja sukses selalu akan diulang dan diulang.  Mengapa? Karena murah meriah dan bisa mendapatkan keuntungan besar. Cara lain tentu perlu modal banyak, belum tentu sukses. Itu yang dimaui para pemilik kepentingan.

Siapa saja pemilik kepentingan? Yang bisnisnya terganggu. Ini sangat mungkin siapa saja, agamanya, sukunya apa, yang jelas ideologinya sama, uang dan materi. Mereka biasa enak-enakan mainkan harga tiba-tiba harus kerja keras dan tertib yo enggan.

Ormas yang sudah dibekukan namun setengah hati. Mereka ini masih menebarkan racunnya dalam semua isu dan keadaan yang ada.  Soal nama atau orang tidak penting bagi mereka. Yang penting bisa melawan yang menghambat mereka. Perilaku mereka jelas kog dan kembali pada point di atas, akan membuat isu antiagama dan sejenisnya.

Jakarta kembali baik ada harapan, dan tentu waktu yang akan memberikan jawaban, apakah akan sama atau ada perubahan. Miris, sudah jauh ke depan, eh malah mundur lagi. eLeSHa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun