Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wiranto, Ninoy, Kekerasan Terulang, Perhatian untuk Paspamres dan Presiden Jokowi

10 Oktober 2019   18:17 Diperbarui: 10 Oktober 2019   18:26 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi tadi Menkopolhukam Wiranto ditikam oleh terduga teroris, beberapa hari lalu pegiat media sosial Ninoy Karundeng juga mengalami tindak kekerasan. Jauh bertahun lalu, Tama S Langkun, sebagai pegiat  aksi antikorupsi dibacok orang. Hingga kini belum terungkap dengan gamblang.

Atau jauh lebih lama, pegiat Hak Azazi Manusia, almarhum Munir meninggal, masih juga meninggalkan tanya yang demikian besar. Belum terungkap. Apalagi jika berbicara kekerasan demi kekerasan yang puncaknya 1965 itu.

Sepak bola, jauh lebih banyak dikenal aksi kekerasan, kerusuhan, dan juga tawuran dari pada prestasinya. Masa kampanye lalu ada isu yang hendak berkembang ada nenek-nenek dianiaya, ternyata karena operasi plastik dan kini harus mendekat dalam penjara dua tahun lamanya. 

Kasus Ninoy dengan relatif cepat sudah diupayakan untuk diselesaikan. Pemeriksaan dan bahkan juga penahanan sudah mulai dilakukan. Tinggal menunggu ke mana arah dan muaranya, apakah akan sampai mengungkap tabir secara keseluruhan, atau lagi-lagi hanya sampai level operator dan pelaku lapangan semata.

Belajar dari kisah yang sudah-sudah seperti pelaku kerusuhan Mei lalu yang antiklimaks tidak ada tindak lanjut yang berarti, bahkan yang ditengarai termasuk kalangan dalang dan elit, satu demi satu ditangkap pun satu demi satu dilepaskan dengan berbagai-bagai alasan. Mirisnya mereka kembali lagi membuat opini, narasi, dan aksi pengulangan.

Jika benar berafiliasi pada gerakan fundamentalis dan pelaku teror, lagi dan lagi, jangan hanya pada dua pelaku, eksekutor lapangan itu saja yang perlu ditindaklanjuti. Memang akan susah menelisik jaringan terorisme. Minimal mereka memiliki mentor, mempunyai pelaku yang memberikan pengajaran dan indoktrinasi. Sangat mustahil mereka hanya melakukan berdua saja, tanpa ada yang menggerakkan.

Dalih klasik belajar dari internet, youtube, ada media percakapan lainnya. Toh tetap  ada mentor manusia yang secara langsung melakukan tindak untuk merekrut, meyakinkan, dan melatih mereka. Sama sekali bohong jika mengatakan mereka sendirian. Dan ini memang kerja sangat keras. Polisi dan jajaran perlu mendapatkan dukungan untuk itu.

Sangat mungkin menerapkan juga pasal barang siapa yang mendukung baik dalam aksi atau komentar, status, atau unggahan dalam media sosial perlu juga mendapatkan pidana, seminggu barang kali cukup. Sehingga orang bisa berhati-hati bersikap, berbuat termasuk dalam bermedia, apalagi jika itu adalah elit atau seleb yang memiliki penggemar dan pendengar fanatis.

Pelajaran berharga bagi bangsa ini, bahwa soal kekerasan dan keamanan itu penting. Kewaspadaan yang amat untuk paspampres yang memiliki presiden dekat dengan rakyatnya. Ini memang tidak mudah, karena karakter presiden yang benar-benar merakyat. Bayangkan seorang menko yang levelnya adalah sangat dekat dengan presiden saja bisa terkena tikaman.

Jika dulu-dulu adalah orang biasa, rakyat kebanyakan yang karena aktivitasnya banyak mendapatkan perhatian publik, masih sangat wajar. Kini orang lingkaran utama presiden terkena tikaman. Ini serius. Benar bahwa rakyat sendiri, pejabat tidak patut berjarak dengan rakyatnya sendiri. Namun ingat, rakyat yang mana dulu dan rakyat juga banyak yang model teroris dan penyuka kekerasan.

Pengawalan dan pendampingan presiden yang sangat longar selama ini bisa menjadi bumerang. Keberadaan presiden yang membuka akses kepada semakinn banyak orang dekat dengan presiden bisa dimanfaatkan oleh orang dan kelompok yang tidak suka dengan sepak terjang presiden. tentu berbeda dengan sikap presiden yang sudah-sudah yang sangat berjarak seperti raja atau presiden negara penjajah saja. Pengawalan yang amat ketat sehingga susah rakyat bisa berinteraksi.

Jangan salahkan paspampres apalagi Preside Jokowi jika ada prosedur yang berubah dan ada pembenahan dalam kunjungan atau aktifitas presiden tidak akan selonggar dulu  lagi. Ini jelas perhatian penting, bukan sepele lagi.

Penegakan hukum menjadi penting. Pembiaran pelaku teror atas nama HAM, atas nama kemanusia-an. Bedakan kemanusiaan dan perilaku manusia biadab itu dua kondisi yang berbeda.  Hukum bukan balas dendam iya, namun bahwa hukum dimaksudkan untuk memperbaiki perilaku manusia yang tersesat.

Penegakan hukum juga dalam konteks tidak hanya berhenti pada operator, pelaku lapangan, yang kadang juga menjadi korban atas kejahatan pelaku lain yang lebih besar. Bagaimana tidak mengerikan jika sutradara, produser, dan penyandang dana masih berkeliaran, dan mereka merancang lagi di tempat lain, korban lain, yang dihukum hanya orang yang tidak tahu apa-apa kadang. Mereka terkelabuhi, kebencian tidak mendasar dan beralasan.

Makin mendesak untuk menangani ormas-ormas penganut paham kekerasan yang telah habis surat izinnya, dan juga ormas fundamentalis yang sudah dibubarkan namun masih eksis dengan segala cara dan  wacananya.

Hentikan kekerasan dan ciptakan keamanan, ketenteraman, dan kedamaian. Mungkin sangat utopis menyatakan aman seratus persen, paling tidak mengurangi perilaku kekerasan itu. Caci maki, merendahkan, penggunaan kata-kata kotor, makian dengan nama hewan dan alat kelamin secara berlebihan dalam konteks merendahkan, dan apalagi kekerasan dengan benda tajam dan pukulan.

Toh tidak bisa disangkal bahwa tempat ibadah, pemuka agamapun banyak yang terbawa model kekerasan itu. Peran agama dan pemuka agama yang menyejukan menjadi penting dan utama. Mendesak mengedepakan kata dan kalimat santun dari mulut pemuka agama.

Apa to bedanya memaki dengan menyatakan pendapat dengan logis? Atau mengatakan perbedaan dengan baik tanpa perlu memusuhi? Berbeda bukan musuh masih sulit dan perlu waktu untuk bisa demikian

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun