Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tayangan dan Artis Alay, Politikus Juga Alay

26 Maret 2018   12:20 Diperbarui: 26 Maret 2018   12:39 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wonderopolis.org

Taat azas, berulang-ulang selalu hal ini terjadi dalam banyak hal. Orang tidak taat akan konsensus dan azas hidup bersama. Keakuan menjadi gaya hidup yang selalu terulang. Konsensus dalam hidup bersama ditabrak demi kepentingan sendiri dan kelompok.

Materi mengalahkan kemanusiaan. Hiburan sehat, jalanan lancar itu kemanusiaan. Tidak menjadi pertimbangan karena aku untung, mau kamu buntung terserah. Coba bayangkan betapa jengkelnya ketika pejalan kaki harus menyabung yawa karena terhalang mobil tempat seharusnya berjalan, di jalanan mobil dna motor ngebut tidak peduli nyawa sesamanya. Dia tidak tahu karena tidak pernah jalan kaki.

Pemikiran sempit karena orientasinya kepentingan sendiri. Egoisme ternyata meruyak di mana-mana. Orang lain apalagi kemanusiaan bukan pertimbangan. Yang penting aku, khas anak-anak dan remaja, alaybukan? Dan mirisnya itu adalah tontonan setiap saat, setiap hari.

Miris lagi adalah, orang atau tontonan demikian banyak peminatnya. Mengapa? Tidak susah-susah mikir, tidak perlu menggunakan energi untuk mengikuti alur pikir yang sudah kebolakbalik. 

Lihat di sini  Jokowi Memang Payah, Enak Zamanku Tenan, Tertib Itu Berat

Sepanjang bangsa ini masih berkutat pada pencarian jati diri, yang sejatinya sudah ada, dan bahkan kaya akan kekuatan untuk itu, namun karena masih bingung, ya alay itu, akhirnya seperti ini. 

Ulasan lebih lengkap Memunggungi Tradisi dan Menghianati Jati Diri

Keberanian bangsa ini bersikap sehingga kedewasaan itu akan tercapai. Jati diri yang mendasar sebagai sebuah bangsa. Risiko besar memang, namun ingat sejarah bangsa ini dibangun dengan perjuangan. Saling mengalah untuk memang, menang-menang menjadi pilihan, bukan menang-menangan, apalagi akal-akalan.

Memang tidak mudah untuk menjadi dewasa, jalan panjang terbentang dan pilihan itu yang akan menentukan masa depan. Referensi itu penting, namun melihat ke dalam jati diri jauh lebih penting. Semua adalah anak negeri yang sama-sama bertumbuh menjadi bangsa besar bukan bangsa yang menjadi tertawaan apalagi jarahan semata.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun