Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ujaran Kebencian, Motivasi, dan Penanganannya

24 Agustus 2017   09:56 Diperbarui: 31 Agustus 2017   10:04 2285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa kali jagad dunia maya dibuat heboh. Pernyataan dan pembagian ujaran kebencian seolah menjadi gaya hidup baru, usai pilihan presiden lalu dan dikembalikan "semangatnya" dengan kisah pilihan kepala daerah Jakarta. Beberapa hal patut disimak untuk pembelajaran bersama.

Penegakan Hukum

Sekian lama dalam pembiaran karena citra yang ingin dibangun pemerintahan. Jangan katakan menjadi diktator atau otoriter ketika ada yang mau memperbaiki kesalahan itu agar menjadi  lebih baik. Justru pembiaran itu jauh lebih jahat daripada yang berbuat. Jangan lupa ada anggapan lebih buruk orang baik diam saja melihat keburukan daripada kejahatan itu sendiri. Tanggung jawab moral itu jangan diabaikan demi nama baik sendiri dan kelompok.

Penegakan Hukum Perlu Ketegasan

Menyembuhkan luka itu memang pedih, dalam ranah ini, bukan dalam arti bahwa melakukan intimidasi, persekusi, atau pembungkaman yang tidak berdasar. Yang salah patut dihukum, yang benar dan menjalankan dengan baik layak mendapatkan pujian. Hukum alam yang mai dijungkirbalikan.  Aparat hukum sudah diperlengkapi dengan perangkat yang bisa digunakan, itu sah atas dasar apapun.

Kritik atau waton Sulaya

Kritik itu esensinya mau memberikan teguran, masukan, dan upaya untuk memperbaiki sesuatu, jika sebaliknya, tanpa adanya motivasi memperbaiki, artinya, waton sulaya.Tidak ada larangan melakukan kritik, namun apakah benar mengritik atau menghujat? Jika tanpa fakta apalagi memutarbalikan fakta, ya jelas bukan sebentuk kritik hanya mau membela diri atas nama demokrasi dan kritik itu sendiri.

Kebebasan itu Bukan Tanpa Aturan

Kebebasan itu bukan tanpa aturan, tetap saja ada komitmen dan  konsensus bersama yang disetujui, baik tertulis atau tidak. Di sanalah diuji seberapa besar kualita pribadi untuk melanggar, menaati, atau menyiasati sebuah komitmen itu. Selama ini, terbanyak menyiasati adanya konsensus. Atas nama demokrasi bisa mengatakan semau-maunya, ketika dituntut mencari kambing hitam, menuding pihak lain melakukan tindakan tidak adil, dan menuduh melanggar HAM, hukum, demokrasi, dan sebagainya.

Merasa Aman Karena Maya

Merasa aman karena berjarak, bisa tidak dikenal, dan atas nama dunia maya. Padahal mau maya atau nyata, soal etis, soal moral, soal hukum relatif sama. Jangan nanti salah menggunakan, sebagaimana air ketika sedikit dan cukup bermanfaat, berlebihan jadi banjir dan bah yang merusak. Bijak sangat penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun