Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ujaran Kebencian, Motivasi, dan Penanganannya

24 Agustus 2017   09:56 Diperbarui: 31 Agustus 2017   10:04 2285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Contoh Buruk Elit dan Politis yang Mengemuka.

Miris ketika kaum muda, ibu rumah tangga, dan oornag pelosok terseret kasus hukum seperti ni, bagaimana tidak, ketika pejabat, pesohor bisa melakukan semau-maunya dengan kuasa dan uang bisa memutarbalikan fakta, mereka ini? jelas masuk bui.

Bagaimana sebaiknya menanggapi hal ini?

Fakta menjadi penting, agar tidak menjadi fitnah, hoax,dan perilaku yang berdasar kebencian tanpa rasionalitas. Hal ini termasuk jika mau membagikan sebuah tulisan, meme,artikel, ataupun bentuk lainnya. Hal ini juga pembelajaran bersama untuk bersikap kritis dan dewasa.

Kepentingan ekonomi makin terkuak. Bagaimana grup bisa dibayar sesuai kepentingan. Hal ini sebenarnya wajar di dunia industri. Iklan sangat menentukan laju penjualan. Tidak heran tim kreatif banyak bermunculan, salah satu yang tersesat adalah sacacen.Di mana mereka menjual isu SARA untuk mendapatkan uang. Mereka tidak menyoal agama, yang penting laku dan dapat uang. Nyatanya mereka menggunakan dua agama terbesar di Indonesia, yaitu Islam dan Kristen  yang mereka goreng. Artinya mereka motifnya ekonomi bukan semata kebencian.

Kondisi politik dan ketidakdewasaan hidup beragama. Jika dua sisi ini bisa dibangun sikap saling percaya, berbeda itu alamiah bukan musuh, model saracentidak akan laku. Toh agama hanya kedok bagi kepentingan politik. Artinya benahi dunia politik dan akan selesai masalah agama juga. Agama sensitif digunakan untuk kepentingan politik. Kedewasaan beriman, bukan beragama akan membuat keadaan membaik.

Kelompok, pribadi, dan petugas cari nama dan cari aman. Kondisi politik yang buruk membuat orang potong kompas dan mendompleng penguasa. Hal ini jelas berbahaya karena orang bisa menggunakan penguasa sebagai tameng kepentingan mereka sendiri. Apa indikasi yang bisa dilihat? Rekam jejak mereka selama ini. Jangan terlena dengan kata-kata indah dan puja puji yang palsu. Banyak pihak menggunakan pola pendekatan ini.

Apa Sebaiknya Dilakukan Penegak Hukum

Sikap tegas dalam hal penegakan hukum sangat mendesak. Hukum tidak kenal belas kasihan, juga tidak kenal namanya jual derita. Selama ini akan mudah menjual derita demi lepas dari tanggung jawab. Sepanjang tidak ada fakta dan data bisa dituntut di meja hukum. Pembelaan tidak perlu mencari kambing hitam apalagi menjelekan pihak lain dengan keji.

Stabilitas politik. Dunia politik yang abai etis ini menjadi lahan empuk untuk mendulang uang dengan menggunakan segala cara. Mengutuk fasis namun perilakunya jauh lebih fasis. Menggunakan segala cara demi kekuasaan.  Rakyat sederhana, bisa dikelabui jika tidak adanya stabilitas politik.

Kesadaran bersama, elit, petinggi belum tentu sesuai dengan apa yang mereka tampilkan. Lihat rekam jejak mereka yang sangat dibantu dengan media dan kemajuan teknologi informasi. Jangan mudah percaya dengan kalimat suci atau indah hanya sekali. Pemutarbalikan fakta, sitiran ayat suci karena kesadaran kita yang pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun