Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali ke Fitrah, Menggerus Dampak Buruk Gawai

1 November 2019   12:54 Diperbarui: 1 November 2019   12:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thesun.co.uk

Di rumah, kami, saya khususnya, telah mengambil kesepakatan dengan si ragil, yaitu si ragil hanya boleh menggunakan gawai pada setiap Sabtu dan Minggu. Pada Sabtu mulai boleh menggunakan gawai setelah pulang sekolah. Sedangkan pada Minggu mulai tidak boleh menggunakan gawai setelah pukul 12.00 WIB. Hingga saat ini kesepakatan itu masih berjalan baik.

Kesepakatan yang juga berlaku  bagi si ragil adalah ia tidak boleh membawa gawai saat bersekolah. Hal yang sama juga berlaku ketika ia sedang les di luar rumah atau saat mengikuti  kegiatan di gereja sekalipun saat itu bertepatan dengan Sabtu atau Minggu, gawai tetap tidak boleh dibawa. Kesepakatan ini pun sampai kini masih tetap berlangsung baik.

Kami mengambil kesepakatan itu semata-mata untuk mendidik si ragil agar dapat menggunakan gawai secara sehat. Pun demikian ia dapat melakukan  aktivitas-aktivitas (sekolah, les, dan kegiatan lainnya) secara sehat. Artinya,  ia dapat melakukan setiap aktivitasnya lebih fokus. Bisa kita bayangkan andai si ragil saat les membawa gawai. Sangat mungkin ia gagal fokus saat les sehingga kegiatan lesnya sia-sia.

Di harian Kompas, entah kapan tepatnya, saya lupa, pernah dimuat artikel tentang menyiasati penggunaan gawai pada anak agar si anak tidak hanyut dalam pengaruh gawai. Caranya, orang tua dan anak mengambil kesepakatan begini.  Kalau si anak sudah membaca buku satu bab, ia memiliki hak menggunakan gawai selama 15 menit.

Dalam konteks itu si anak dikatakan sudah membaca buku kalau ia sudah mempresentasikan hasil membacanya di hadapan orang tua. Upaya itu ternyata membuahkan hasil yang manis sebab lambat laun si anak semakin mencintai buku dan meninggalkan gawai. Siapa mau meneladani?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun