Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

8 Hal Ini Bisa Memicu Kerentanan Keluarga

19 Juli 2018   08:46 Diperbarui: 19 Juli 2018   12:36 3010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.vebma.com

Penyakit kronis dan parah yang diderita salah satu atau beberapa anggota keluarga bisa menjadi sumber stres yang berkelanjutan. Pada contoh suami sebagai tulang punggung ekonomi keluarga, apabila mendadak mengalami penyakit parah yang membuatnya tidak mampu bekerja produktif, akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup keluarga. 

Istri dan anak-anak bisa mengalami stres karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, Demikian pula pada contoh istri yang mengalami penyait berat yang membuatnya tidak mampu melayani suami, bisa menjadi tekanan berat bagi suami. Daya resiliensi pribadi maupun keluarga sangat diperlukan dalam menghadapi masalah berat seperti ini.

  • Ketidaksuburan Reproduksi

Salah satu tujuan menikah dan berumah tangga adalah memiliki anak. Maka tatkala dalam pernikahan tidak bisa memiliki keturunan karena ketidaksuburan reproduksi, bisa memunculkan persoalan tersendiri yang cukup pelik. Kadang terjadi suasana saling menyalahkan antara suami dan istri, keduanya saling menuduh pasangannya sebagai pihak penyebab tidak memiliki anak. 

Hasil check medis kadang bertolak belakang, yang justru semakin membuat keduanya saling menyalahkan. Jika kedua belah pihak memiliki daya resiliensi tinggi, situasi seperti ini akan bisa diatasi dengan baik.

  • Perkembangan Teknologi

Tidak bisa dipungkiri teknologi informasi dan komunikasi telah melaju dengan sangat cepat. Kecepatan perkembangan teknologi tidak sebanding dengan kecepatan daya antisipasi yang bisa dilakukan oleh manusia. Dampaknya, seringkali manusia terjajah oleh teknologi. 

Sangat banyak dijumpai keretakan dan kehancuran keluarga dipicu oleh faktor teknologi komunikasi dan informasi yang terlalu deras dan tidak bijak dalam memanfaatkannya. Akhirnya teknologi menjadi petaka dalam keluarga. Muncul pihak ketiga melalui fitur-fitur komunikasi, ketidaksetiaan telah dipermudah oleh perkembangan teknologi.

  • Perkembangan Sosial, Budaya dan Politik

Salah satu faktor eksternal yang bisa memicu stress pada pribadi dan keluarga adalah perkembangan sosial, budaya dan juga politik. Situasi kehidupan yang terus menerus berubah, tuntutan hidup yang terus berkembang, sering kali tidak diikuti dengan kemampuan untuk segera beradaptasi. Apalagi pergaulan di zaman cyber saat ini tidak lagi terbatas pada lokal yang sempit, namun sudah menjadi pergaulan global yang tidak memiliki batas-batas wilayah yang tegas. 

Akhirnya berbagai pengaruh dengan mudah masuk dalam kehidupan pribadi dan keluarga. Ketidaksiapan mengantisipasi perubahan-perubahan kondisi sosial, budaya dan politik, bisa memicu resiko stres pada pribadi dan keluarga.

Mengatasi Faktor Kerentanan

Seluruh faktor yang menjadi pemicu kerentanan keluarga, pada dasarnya bisa diatasi dan diantisipasi dengan menguatkan resiliensi keluarga. Yang dimaksud dengan resiliensi atau kelentingan adalah kemampuan individu atau komunitas untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah dan penderitaan yang terjadi dalam kehidupan. 

Resiliensi juga dipahami sebagai kemampuan untuk bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya. Resiliensi juga merupakan kemampuan individu atau komunitas untuk mengelola perubahan (tantangan atau keberagaman hidup) untuk menjaga kesejahteraan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun