Namun, daya tampung dan dana penerbit mayor terbatas. Tak semua naskah yang dibaca berjuta-juta di Wattpad dapat diterbitkan secara mayor. Selain karena biaya cetak, toko buku fisik meminta bagi hasil 40% dan minimal menyediakan 500 eksemplar.Â
Maka, adakah jalan keluar untuk masalah itu? Tentu saja. Penulis Wattpad yang punya penggemar fanatik bisa membayar penerbit indie untuk menerbitkan karyanya. Pada tahap ini, penulis harus pandai-pandai memilih karena banyak penerbit indie yang tidak mengedit naskah demi menghindari kerugian akibat membayar editor.
Logika cerita cacat, penempatan kata depan dan imbuhan yang tak pada tempatnya, bahasa asing yang tadinya terlihat keren, tetapi malah ingin menghujat setelah tercantum dalam novel cetak, adalah sedikit dari banyak masalah.Â
Pernahkah Anda membaca obat tidur dijadikan penangkal obat perangsang nafsu seksual? Pernahkah Anda membaca pasangan kekasih bercinta dengan menyayat-nyayat menggunakan pisau berkarat? Pernahkah Anda membaca untuk masuk ke universitas sekelas Harvard, cukup menelepon rektornya lalu Anda bebas melenggang tanpa tes? Ya, cerita absurd semacam ini sangat mungkin ditemukan dalam novel indie. Tentu tidak semua penerbit indie hanya mencari uang. Ada pula penerbit indie yang sungguh-sungguh mengedepankan kualitas naskah.Â
Bagaimana dengan self published?Â
Ada beberapa oknum penulis Wattpad yang mencetak sendiri karyanya, kemudian membuka pre order. Setelah terkumpul dana sampai puluhan juta, kaburlah penulis tersebut, menonaktifkan akun Wattpad, dan meninggalkan penggemarnya menyesal telah merelakan uangnya amblas sehingga akhirnya bersumpah tidak akan lagi membeli novel Wattpad yang dijual secara self published.Â
Lagi-lagi, tak semua penulis jahat. Masih banyak penulis amanah yang memberikan hak pada pembelinya. Meski demikian, rasa waswas untuk membeli novel indie dan self published akan menghinggapi para pembaca Wattpad yang pernah tertipu.Â
Kalau sudah begini, apakah Anda membenci atau tetap mencintai Wattpad?Â