Mohon tunggu...
Nunung Kusumawati
Nunung Kusumawati Mohon Tunggu... Guru - Aktivitas sehari-hari sebagai pengajar SMA di Semarang

Penyuka seni, filsafat, dan berpikir bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pita Putih Kejujuran

29 November 2018   12:12 Diperbarui: 29 November 2018   12:33 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya keteladanan dan kedisiplinan

Keteladanan merupakan satu perbuatan ajaib yang bisa "menghipnotis"  orang lain melakukan hal-hal luar biasa bahkan mampu menghasilkan prestasi jauh diluar ekspektasi yang ditentukan. Guru yang bisa menjadi teladan baik terhadap guru-guru lain maupun para siswa menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam pembangunan karakter kejujuran di kalangan para siswa di sekolah. Guru harus mampu jujur kepada dirinya sendiri dan siswa, ketika tidak bisa menjawab pertanyaan dari siswa. Hal ini sangat mungkin terjadi pada para guru, sebab sejatinya siswa bukan seperti gelas kosong yang tidak tahu apa-apa. 

Mereka tumbuh dan berkembang belajar dari media yang sangat banyak di sekitar mereka. Bisa jadi wawasan mereka sangat luas, apalagi didukung faktor keluarga yang berlatar belakang pendidikan baik. 

Contoh guru yang berani jujur untuk mengatakan bahwa belum bisa menjawab dengan baik atau telah melakukan kekhilafan dalam menyampaikan konsep dan kemudian segera memperbaikinya dengan mencari referensi yang terkait, tidak membuat harga dirinya berkurang di mata para siswa bahkan sebaliknya mereka akan kagum terhadap kejujuran guru tersebut. 

Satu hal keteladanan kejujuran secara tidak langsung telah diajarkan kepada anak didik. Kebiasaan-kebiasaan lain di sekolah baik yang dirancang guru maupun tidak jika dibina terus menerus maka akan menjadi stimulus efektif yang bisa ditiru oleh para siswa. Dalam mempertahankan kebiasaan jujur ini juga perlu ketrampilan guru untuk jeli  mengetahui siswa yang jujur dan tidak jujur. 

Guru yang dekat dan perhatian terhadap para siswanya pasti tidak akan mudah ditipu oleh siswa. Sebaliknya guru yang cuek, masa bodoh, terhadap siswa pastilah gampang ditipu, karena mereka tidak dekat dengan siswa sehingga tidak mampu memahami karakter siswa. Coba bayangkan, jika ada banyak guru bisa ditipu siswa-siswanya pasti upaya penguatan karakter jujur ini susah dicapai tidak lain disebabkan guru sebagai tokoh yang seharusnya menanamkan dan menguatkan  kejujuran justru malah bermasalah. 

Oleh karena itu budaya senang memberi teladan yang baik terhadap lingkungan harus selalu dibangun dan dirawat oleh kepala sekolah serta seluruh dewan guru, tidak  mustahil para siswa pun akan senang menjadi teladan bagi teman-temannya.

Selain keteladanan, hal yang tidak kalah penting adalah kedisiplinan dalam menunjang pembangunan karakter jujur. Budaya kedisiplinan dan keteladanan dalam kejujuran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Disiplin, dapat diartikan sebagai perasaan patuh dan taat terhadap segala hal yang berhubungan dengan norma, adat, dan hukum yang ada di lingkungan tertentu baik keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. 

Di sekolah, penguatan karakter apa saja diawali dari para guru yang sudah berbudaya disiplin. Guru yang disiplin berarti guru yang mampu melaksanakan tanggung jawab sesuai amanah yang diembannya. Contoh kecil dan nyata adalah disiplin datang ke sekolah, mengajar, menjalankan program-program sekolah dan lain-lain dengan ada dan tidaknya mesin finger print. 

Guru yang terbiasa disiplin pasti dengan sendirinya akan mengajarkan kedisiplinan juga kepada para siswa tanpa disuruh oleh kepala sekolah. Misalnya, ada siswa yang ketahuan mencontek saat ujian, pasti guru yang mampu memberi teladan kejujuran dan kedisiplinan akan dengan mudah memberikan konsekuensi yang tepat dan efektif untuk siswa yang mencontek tersebut. 

Lain halnya dengan guru yang belum bisa memberi teladan kejujuran dan kedisiplinan kepada anak didik, konsekuensi yang diberikan kepada anak didik bisa jadi akan diterima dengan tidak baik, dongkol, atau sikap-sikap negatif yang lain. Karena mereka paham guru tersebut sering datang terlambat, cuek dengan siswa,tidaak perhatian, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan para siswa tidak menemukan wibawa/kharisma dalam diri guru tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun