Mohon tunggu...
Novel Abdul Gofur
Novel Abdul Gofur Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan di Bidang Kepemerintahan yang sudah pengalaman di sektor / isu pembangunan berkelanjutan selama 20 tahun

Lahir di Jakarta 28 Maret 1975 dan menempuh pendidikan S1 di UI Jurusan Adm Negara (FISIP) 2000, dan S2 di Makati, Phillipine, Asian Institute of Management (AIM), jurusan Development Management, 2005. Bekerja di sektor kepemerintahan untuk pembangunan berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Singkat Seputar Kemiskinan

13 Februari 2020   07:06 Diperbarui: 13 Februari 2020   07:04 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Holistic Approach: dari Economic Growth Model sampai Pemberdayaan Kapasitas Orang Miskin

Jangan Hanya Terpana pada Satu Model - Economic Growth

Sungguh pun seorang yang super duper alias ahli dalam ekonomi ataupun seorang yang ahli anthropologi yang berkeinginan memecahkan masalah kemiskinan dengan the way he/she wants, alhasil adalah pintu kegagalan yang akan dijumpainya. Kemiskinan yang merupakan masalah sosial merupakan manifestasi dari unresolved development. 

Development, secara bebas dapat diterjemahkan sebagai proses pekerjaan yang multi sektor dan saling mempengaruhi yang mempunyai tujuan untuk menciptakan kondisi ideal atau sesuai yang diinginkan (baik/bagus). Beranjak dari hal tersebut, adalah suatu keharusan bagi penggiat, penggagas atau bahkan pelaksana - baik itu dari kalangan pemerintah dan non pemerintah - yang terlibat dalam kebijakan poverty alleviation harus melihat pada pendekatan hollistic.

Optimisnya pemerintahan SBY -- Kala atas kebijakan economic growth-nya, yaitu ditandakannya dengan penggalakan rezim investasi, maka janganlah hanya terlena atas kebijakan itu semata. Adalah betul dalam perspektif ekonomi makro dimana terdapat aksioma dalam pengurangan jumlah angka kemiskinan sebanding dengan tingginya angka investasi.

Lebih jauhnya adalah untuk mengurangi angka kemiskinan maka diperlukan penciptaan lapangan kerja yang hal ini akan terwujud dengan tingginya angka pertumbuhan (economic growth) dimana ditandakan dengan adanya tingkat investasi (infrastruktur (pabrik) dan modal) yang tinggi. 

Model strategi memfokuskan pada pencitraan investasi sebagai core-nya, yang selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan.

Berangkat dari model yang diusung oleh Pemerintah SBY-Kalla itu, maka yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan orang-orang yang paling miskin dari 50 juta jiwa orang miskin di Indonesia? Mereka tidak bisa lagi menunggu atas efek berantainya model strategi tersebut! Mereka hanya makan satu hari dan anak-anak mereka telah terjangkit berbagai penyakit dari polio, busung lapar, cacingan, dll. 

Mereka terkukung oleh oligarki kekuasaan para bromocorah-bromocorah baik yang bertengger di organisasi Pemerintahan maupun non Pemerintahan (Partai Politik) ataupun oleh para partikelir yang bengis dan kejam. Akhirnya mereka hanya akan menunggu ajal kematian yang memang menjadi satu-satunya harapan atas ketidakadilan ini.

Merujuk pada ketiga paragraf diatas dan menilik tulisan Kompas, 19/6/2003, yang memberitakan bahwa banyaknya investasi di salah satu Kabupaten di Propinsi Banten tidak serta merta mengurangi jumlah angka kemiskinan yang terjadi di wilayah propinsi tersebut. 

Oleh sebab itu, memperlakukan economic growth model secara hati-hati (waspada) dan kiranya terus dilakukan evaluasi pada tataran impact atas pelaksanaannya model tersebut. Belajar dari kekeliruan rezim Orde Baru, sebaiknya kita tidak mengulangi kesalahan yang sudah terjadi, di mana program kesejahteraan rakyat diukur hanya dengan economic growth model semata yaitu melalui angka-angka fantastis pertumbuhan 5 -- 7 % pertahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun