Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kemiskinan di DKI ala BPS Tidak Realistis

8 Februari 2016   09:14 Diperbarui: 8 Februari 2016   17:01 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Image/jpg

Jumlah penduduk miskin di Ibu Kota pada September 2015 berdasarkan data terkini Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, sebanyak 368.670 jiwa (Kompas, 6/2/2016). Harian Kompas memberitakan, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta sekitar 3,61 persen dari seluruh penduduk Jakarta. Menurut BPS DKI jumlah penduduk DKI Tahun 2014 sebanyak 10.075.30 jiwa.

Jumlah penduduk miskin yang dikemukakan BPS DKI Jakarta tidak sesuai dengan realita di lapangan. Hal itu terjadi akibat batas garis kemiskinan yang ditetapkan terlalu rendah. Kepala BPS DKI Jakarta Syech Suhaimi, Jumat (5/2), mengatakan, data terbaru berdasarkan batas garis kemiskinan di Jakarta pada September 2015, yakni penghasilan Rp 503.038 per kapita per bulan.

Jika penghasilan Rp 503.038 per kepala per bulan dibagi 30 hari dalam sebulan, maka batas garis kemiskinan sekitar Rp 16.767 per kapita per hari. Pertanyaannya, apakah tiap kepala bisa hidup di DKI Jakarta dengan penghasilan sebesar itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya kemukakan kasus Mak Surip (50) yang bertepat tinggal di kontrakannya di Kampung Kandang RT 016 RW 004, Semper Barat, Jakarta Utara.

Harian Kompas memberitakan (8/2/2016) Mak Surip, pendapatannya yang Rp 30.000 per hari membuat ibu tiga anak ini hanya bisa tinggal di kontrakan, yang selalu kebanjiran setiap musim hujan datang, sejak tahun 1997. Barang elektronik di tempat tinggalnya hanya sebuah kipas butut dan televisi yang rusak.

Mak Surip berpenghasilan per hari sebesar Rp 30.000, masih hidup miskin seperti dikemukakan di atas. Bagaimana dengan batas garis kemiskinan yang dikemukakan BPS dengan penghasilan Rp 16.767 per hari, tentu lebih miskin lagi.

Seorang tukang bangunan yang tinggal di Cipete Selatan pernah bercerita kepada saya, dengan penghasilan Rp 50.000 per hari masih sangat sulit hidup di DKI Jakarta, karena harus kontrak satu petak untuk satu keluarga dengan dua anak, dan harga sembako menurut istrinya mahal.

Oleh karena itu, kalau dikatakan jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta sebanyak 368.670 jiwa, patut dipertanyakan kesahihannya. Menurut saya, sudah saatnya BPS rasional dan jujur. Batas garis kemiskinan, yang ditetapkan Bank Dunia saja sebesar 2 dolar Amerika serikat, jika 1 dolar senilai Rp 14.000, yang berarti dalam satu hari berpenghasilan Rp 28.000, masih amat sulit hidup di DKI.

Mak Surip yang berpenghasilan per hari sebesar Rp 30.000, dan tetangga saya tukang bangunan yang tinggal di Cipete Selatan, berpenghasilan Rp 50.000 per hari masih sangat sulit hidupnya. Mak Surip dan tukang bangunan lainnya, yang berpenghasilan rendah masih amat banyak jumlahnya, dan berdasarkan realitas yang setiap hari kita saksikan, jumlah orang miskin tidak sebagaimana yang dikemukakan BPS.

Allahu a’lam bisshawab

Sumber gambar: bisnis.tempo.co

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun