Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - -

Just share my thoughts

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengemis, Profesi yang Menjanjikan?

14 Mei 2019   13:12 Diperbarui: 14 Mei 2019   13:48 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukankah memberi adalah salah satu hal yang indah dan hal yang sangat baik.  Lalu kenapa memberi sedekah untuk pengemis bisa menjadi hal yang menimbulkan pro-kontra ? yang menjadi kontra adalah karna banyak pengemis yang meminta-minta tapi nyatanya bukan seseorang yang benar-benar tidak mampu. Dengan bermodal pakaian lusuh, wajah memelas, dan terkadang ada yang "cosplay" cacat dengan tujuan membuat orang lain iba. Mereka mendulang banyak sekali uang. 

Pernah di suatu berita saat razia gepeng, seorang kakek yang seorang pengemis terciduk petugas dan ditemukan uang senilai puluhan juta di dalam gerobaknya yang diduga hasil dari mengemis. Luar biasa ya. Bayangkan jika dalam 24 jam seandainya paling sedikit 20 orang yang memberi lalu dikalikan 30 hari. Bisa jadi penghasilannya bisa melebihi gaji pegawai biasa yang tiap bulannya kerja mati-matian. Apalagi kalau bulan Ramadhan ini di mana orang-orang lebih ingat mencari pahala yang salah satu caranya adalah bersedekah. Panen besar nih untuk pengemis. 

Maka dari itu kenapa saat bulan puasa hingga menjelang lebaran banyak sekali pengemis entah dari mana datangnya, bahkan ada yang datang dari luar kota. Kenapa begitu? Apakah dengan menjadi pengemis adalah suatu profesi yang menjanjikan ? sampai orang berbondong-bondong datang ke kota untuk mengemis. Apakah orang kota lebih dermawan ? Terdengar konyol namun miris. Namun bagi sebagian orang yang gaya hidupnya tangan di bawah mungkin hal yang lumrah.

Pengalaman saya dulu pernah naik angkot dan satu angkot dengan seorang ibu dan anak lelakinya. Mereka berpakaian lusuh. Tanpa peduli dengan keadaan sekitar, sepanjang perjalanana si ibu tak hentinya memarahi si anak karna tidak berguna dan selalu merokok. Kemudian naiklah penumpang lagi sepasang suami istri yang sudah sangat tua. Penampilan keduanya juga lusush ditambah sang suami yang tunanetra. Ternyata suami-istri tersebut kenal dengan ibu dan anak tadi. Mengobrolah mereka berempat. Seru sekali mengobrolnya berasa sedang reuni.

 Obrolan mereka mau tak mau terdengar karna ngobrolnya juga tidak ada suara dipelankan. Dari obrolan itu saya dengar mereka berempat menjalani profesi sebagai pengemis. Si ibu-anak beroprerasi di pom bensin, sedangkan pasangan suami-istri di stasiun. Mereka membicarakan tentang pekerjaan mereka akhir-akhir ini, sampai membicarakan juga tentang bos mereka. Diam-diam saya ingin tertawa dan berguman oh ternyata seperti ini ya dunia mereka. They truly exist. Tak lama, si suami istri berhenti di tempat mangkalnya. Setelah mereka turun dari angkot, si anak lelaki bicara pada ibunya “mak, gua pernah liat dia lagi ngelem matanya”. Tambah mau ketawa saya, si bapak yang matanya buta tadi ternyata pura-pura buta buat settingan aja supaya orang kasihan. Totalitas banget mereka.

Jadi mungkin di sinilah pernah muncul himbauan untuk tidak memberi uang kepada pengemis, karena semakin diberi semakin merajalela. Faktanya banyak dari penegemis adalah bukan orang yang tidak mampu. Namun yang pro untuk tetap bersedakah tanpa pandang bulu berprinsip biarkan saja yang penting niatnya ingin sedekah, kalau mereka berbohong mereka yang akan tanggung dosanya. Di sisi lain kita tidak tega melihat kondisi mereka apalagi jika ada yang membawa anak kecil walaupun sudah menjadi rahasia umum bahwa anak kecil yang tereksploitasi oleh orang dewasa untuk mengemis belum tentu adalah anaknya sendiri, melainkan anak sewaan. 

Dari berita di televisi yang pernah saya tonton bahwa anak-anak diculik dari orang tua aslinya, jika fisik si anak bersih dan lucu akan dijual. Kalau penampilan si anak tidak menarik maka akan disewakan untuk menemani mengemis atau mengamen. Saya rasa tidak semua pengemis seperti itu, saya yakin ada yang memang benar-benar tidak mampu dan tidak berdaya sehingga mengemis adalah satu-satunya jalan untuk menyambung hidup.

Lalu bagaimana kita agar bisa menghadapinya dengan bijak ? menurut saya jika sedekah ingin tepat sasaran beli lah barang dagangan dari pedagang kecil. Bantu mereka yang masih ingin berjuang namun masih menjaga harga diri walaupun dalam situasi sulit. Mereka tetap ingin berdagang daripada minta belas kasihan orang. Karena dalam agama Islam pun dilarang meminta-minta jika masih mampu bekerja Rasulullah saw. bersabda, “Salah satu dari kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia minta-minta kepada seseorang baik diberi atau ditolak. (HR. Bukhari). Maka bantulah dengan membeli dagangannya walaupun kita belum tentu membutuhkan barang yang mereka jual, lalu lebihkanlah uangnya. 

Uang sekecil apapun sangat berarti untuk mereka. Syukur-syukur  jika mereka sampai sangat berterima kasih sehingga mendoakan kita. Kita juga tidak tahu mereka adalah siapa. Bisa jadi malaikat yang diutus Allah untuk menguji kita. Selalu ingat carilah Allah di antara orang miskin. Kalaupun ada yang berniat membantu namun tidak mau repot basa basi membeli, lebih baik bisa bersedakah dengan cara memberikan uang lebih sehabis naik ojek, ojol, angkot, becak, dan lain-lain. Karena jika tiba-tiba kita memberikan uang begitu saja, belum tentu mereka senang. Ditakutkan malah jadi akan tersinggung. Walaupun miskin namun tidak semua orang ingin diperlukan demikian. 

Jika tidak pernah naik umum, masih banyak cara untuk sedekah yaitu berdonasi ke yayasan atau organisasi resmi. Mudah sekali tinggal transfer semudah kita transfer belanja online. Contohnya bisa ke ACT (Aksi Cepat Tanggap). Mereka sudah jelas selalu mempunyai misi kemanusiaan di dalan ataupun luar negeri. Jadi melalui mereka secara tidak langsung ikut membantu orang-orang yang sedang kesusahan. Selain itu ada Dompet Dhuafa di mana mereka selalu mengirimkan laporan donasi via email yang berfungsi sebagai lampiran SPT Tahunan Pajak Penghasilan, untuk pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP). 

Dan yang terakhir nih..sasaran  yang paling tepat adalah kepada orang terdekat. Memang kita tidak boleh membeda-bedakan kepada siapa kita akan bersedekah, namun lebih baik mengedepankan orang terdekat misalkan orang tua, daripada gaji kamu buat traktir teman, hedon, fine dining buat ngetreat pacar akan. Bisa juga kita bantu teman atau tetangga yang lagi kesusahan karena mereka juga orang-orang terdekat kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun