Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Amerika Latin, Catatan Perjalanan 11

8 April 2020   09:13 Diperbarui: 18 April 2020   21:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cathedral Brazil. Dokpri


Meninggalkan metropolitan kathedral menyusuri taman kecil. Di sudut berdiri patung Bunda Teresa seukuran tubuh dengan posisi tangan mengelus.

Kita semua tahu bunda yang disucikan itu. Lahir di Macedonia sebagai orang Albania. Namun sebagian besar hidupnya didekasikan untuk mengabdi bagi orang orang menderita di kota Kalkuta, India.

Yatim sejak 9 tahun. Umur 18 Teresa meninggalkan  Macedonia, berpisah dengan ibu dan saudaranya selamanya. Karena kisah kisah yang didengarnya saat kecil, Teresa ingin suatu saat mengabdi dengan mengajar di India yang menurut cerita banyak penduduknya kekurangan, miskin.

Setelah menjadi Nun atau biarawati hasrat Teresa kesampaian. Ditugaskan mengajar di Kalkuta. Lingkungan yang dipenuhi orang miskin, menderita dan terlantar.

Di Kalkuta suatu malam Teresa bermimpi dan mendengar suara suara dikepalanya, saya haus, saya haus. Seolah itu panggilan dan dorongan yang mengetuk hatinya untuk berbuat lebih banyak. Tidak hanya sekedar mengajar saja.

Passion, panggilan hati yang kuat, kecerdasan dan bakat yang dimilikinya untuk memimpin akhirnya Teresa mendirikan ordo Cinta Kasih. Membangun rumah sakit sederhana. Menolong orang orang terlantar, penyakitan, miskin dan orang orang terpinggirkan lainnya. Ordo cinta kasih berkembang dan berperan besar menolong mereka yang sengsara dan tak terurus.


Kisah selanjutnya kita semua tahu. Teresa mendapat hadiah Nobel perdamaian. Ditasbihkan sebagai orang suci oleh Paus. Juga beberapa film dibuat, mengkisahkan perjuangan dan pengabdiannya yang tulus penuh welas asih.

Teresa adalah orang paling kaya sedunia. Memiliki hati yang kaya tak terbatas. Untuk mengasihi dan menolong orang lain yang menderita.

Dalam perjuangan pengabdiaanya banyak pelajaran dan catatan wisdom yang ditulisnya. Ini salah satu wisdomnya yang terkenal,
*Kita tidak selalu mampu berbuat sesuatu yang besar, namun sekecil apapun pengabdian kita berikanlah itu dengan cinta kasih yang besar*

Patung perunggu bunda Tersesa di pojokan itu seolah menatap lembut orang orang yang lewat. Pandangannya sabar dan damai. Seolah memaklumi segala tingkah dan perilaku manusia. Semuanya. Makhluk yang rapuh, selalu membutuhkan teman dan pertolongan.

Semoga bunda welas asih ini diberikan tempat terbaik di alam sana.

Sugar Loaf Mountain
Puncak bukit Sugar loaf menjulang berseberangan dengan puncak bukit Corcovado. Di puncak Sugar Loaf tidak ada patung tinggi. Hanya restoran restoran kecil, toko souvenir dan plasa tawang untuk memandang kemolekan kota Rio dan sekitarnya dari ketinggian.

Sugar loaf adalah sebongkah raksasa batu granit kelabu utuh. Membongkok di ketinggian menghadap teluk Guanabara. Ketika armada Portugis datang di awal abad 16 di teluk ini, barangkali yang nampak pertama kali adalah bukit Sugar loaf yang tegak masif. Bukit berbentuk seperti roti gula raksasa.

Rombongan Latam tur telah sampai di stasiun cable car pemberangkatan. Untuk mencapai puncak Sugar loaf ditempuh dengan naik cable car dua kali. Pertama dari Vermelha, terminal pertama ke Morro da Urca terminal ke dua. Kemudian dari da Urca berganti cable car menanjak ke kanan menuju puncak Sugar Loaf, 339 meter diatas permukaan laut.

Cable car berayun ayun menembus langit pagi berkabut. Kami seolah dibawa ke negeri awan diketinggian kota Samba.

Disambut gerimis kecil dan kabut kelabu mengapung, sampailah rombongan di plasa tawang puncak Sugar Loaf.

Pagi ini awan awan berarak di puncak Sugar loaf seolah bermain ciluk ba dengan para pengunjung. Ada saatnya awan menggumpal tebal menutupi pandangan. Dan ada saatnya tiba tiba angin meniup awan, menggiringnya pergi entah kemana. Demikian juga rintik hujan, turun dan reda bergantian.

Saat awan pergi itulah tersaji view spektakuler kota Rio, teluk Guanabara dan gugusan pegunungan mengelilingi.

Di bawah sana, teluk  Guanabara dengan pantai pantai pasir putih Copacabana dan Ipanema melengkung artistik. Bangunan blok blok putih berdesakan di tepian pantai bagai serakan mainan ratusan lego. Yach yach putih berserakan mengapung di perairan dan sebagian bertambat di pinggiran seperti orang orang melakukan physical distancing. Menjaga jarak aman.

Di atas teluk, jalan layang panjang membentang menghubungkan kota Rio dengan wilayah seberang. Sekali kali pesawat terbang mendarat dan mengangkasa nampak begitu dekat dari puncak ini.

Di sebelah kiri, bukit Corcovado sayup kelabu membayang. Dipuncaknya, berdiri tegak patung Yesus the Redeemer menjulang menghadap Sugar loaf.

Di puncak Sugar loaf ini ditemui hewan kecil berbentuk unik berkeliaran lincah. Lebih kecil dari kucing. Wajahnya kombinasi antara monyet dan kucing, bermata belok. Tubuhnya adalah tubuh kucing anggora gemuk dengan ekor panjang cantik.

Hewan kecil bernama Marmoset ini dilindungi. Mereka bebas berkeliaran di pepohonan dan pagar pembatas tanpa rasa takut. Tak ada yang mengganggu.

Berada di puncak bukit granit ini barangkali tak cukup kata kata untuk menggambarkan pesona panorama Rio de Janeiro dari ketinggian. Pantas kalau Sugar loaf disebut sebagai ikon bukit terbaik ke dua di Rio setelah bukit Corcovado.

Alhamdulillah bisa sampai disini, begitu indah.

bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun