Menduga pemunculan Paus ibarat seperti  menebak pergerakan IHSG (Indek Harga Saham Gabungan)... Sama sulitnya. Kecuali bagi pakar perilaku dan lingkungan alam Mamalia laut raksasa itu.
Untungnya, pemandu Kapal ini adalah salah satu ahli Paus. Dan sangat paham dengan seluk beluk teluk Auke. Habitat alaminya. Mungkin juga dibantu peralatan canggih, GPS atau Sonar deteksi Paus.
Terbukti tak berapa lama, di sebelah kiri Kapal nampak air mancur menyembul di permukaan laut. Pertanda akan segera ada penampakan Mamalia itu.
Paus, atau bahasa Jawa waktu kecil Iwak Lodan bernafas dengan paru paru. Bukan insang. Mekanisme pernafasannya, antara lain dengan menyemburkan air dari lobang di batok kepalanya dan kemudian menyedot udara. Lobang di batok kepala Paus itu terhubung ke paru paru.
Para penumpang berkerumun di pinggir pagar sisi kiri, menahan nafas. Ternyata benar, pelan pelan seekor Mamalia laut menampakan sisi perutnya. Meliuk, panjang kelabu. Seekor Humpback.
Terdengah decak kagum peserta ohh.. Ohh... di kiri kanan, ketika makhluk raksasa itu nampak sebagian perutnya. Menyembul hanya sejenak, kemudian menyelam kembali. Tinggal flip, ekornya yang bercabang melambai di permukaan. Seperti salam selamat tinggal.
Ternyata bukan ucapan good bye, tetapi lebih ke sapaan Halo. Karena tiba tiba dari kedalaman laut bermunculan, menyembul dua, tiga, empat aha... lima Paus kelabu. Mengkilat beriringan. Kawanan Paus Humpback meliuk liuk, seolah sedang berkarnaval. Atau fashion show kelautan.
Di kiri kanan, kembali terdengar teriakan tertahan, Omg, Oh my God, Oh my gosh... Takjub, benar benar melihat dan berhadapan dengan kawanan Monster laut raksasa. Yang selama ini hanya ditemui di layar kaca atau Bioskop.
Ada yang nyeletuk.... wah batal deh kembalian duit tur nya. Ungkapan kegembiraan, sekaligus kecewa.
Demikianlah sepanjang sore itu, rombongan pelancong Nusantara menumpang Kapal kecil, terapung apung di lautan luas antah berantah. Mengikuti dan berburu keberadaan Paus. Whale watching.
Dua setengah jam berlalu begitu cepat. Kapal telah mondar mandir di perairan indah teluk Auke. Melacak dan mengikuti jejak hewan hewan laut dalam yang muncul di permukaan.
Terdengar siaran dari nona pemandu, mengumumkan bahwa Kapal akan kembali ke pangkalan. Tur Whale watching akan segera berakhir. Di kejauhan, masih terlihat Kapal putih kecil terapung apung. Barangkali hanya bermuatan 5 orang.
Salah satu Kapal sewaan untuk melihat Paus dari jarak lebih dekat. Butuh keberanian lebih menumpang Kapal mini untuk nonton pemunculan Paus.
Hari semakin redup, biasan Jingga sinar Mentari masih menghiasi langit. Lukisan Alam liar, Flora, Fauna Alaska semakin memukau dalam balutan temaram Kuning, Jingga dan keemasan.
Membandingkan suasana dengan senja di Kaimana. Ketika hampir sepuluh tahun lalu naik pesawat kecil DC 9..... dibaca diisi sembilan... dari kota Fak fak menuju kota Sorong, Papua. Pesawat kecil terbang diatas pohon pohon kelapa, tidak bisa mendarat di Sorong karena hujan deras disana. Terpaksa pesawat dialihkan dan mendarat di kota Kaimana di kala senja. Pesawat nongkrong di Bandara, menunggu hujan reda di Bandara Sorong.
Senja di Kaimana, lagu populer dari Alfian tahun 60 an. Tentu berbeda dengan senja di teluk Auke, Alaska. Namun tak kalah romantis suasananya. Konon di Kaimana, juga terkadang muncul Paus di permukaan laut. Tetapi yang paling sering adalah penampakan rombongan Ikan Lumba lumba, Dolphin. Meloncat loncat di perairan Papua. Selain Raja Ampat, ikan ikan itu sungguh Potensi wisata Papua yang perlu gencar dipromosikan.
Kembali ke Alaska. Kapal mengambang di laut menggelap. Melintasi buoy yang terapung apung ditengah laut. Kawanan Singa Laut berdesakan, menunggangi permukaan Buoy  sempit. Kapal dipelankan, para peserta tur sigap menjepreti rombongan Singa Singa laut lucu itu.
Sebenarnya, habitat Paus pernah mengalami masa kritis. Nyaris punah. Karena semakin maraknya Perburuan dan pembantaian Mamalia raksasa ini. Untuk diambil Minyak, Lemak dan Dagingnya. Menjadi Material berharga untuk bahan Obat, Kosmetik, Minyak oles, margarine dan juga makanan kaleng.
Namun dengan perkembangan teknologi yang pesat, mulai akhir Abad 19 terjadi pembantaian Paus besar besaran. Dengan peralatan semakin canggih. Lima puluh ribuan Paus terbantai setiap tahun.
International Whaling Committe, Komite PerPausan International akhirnya membatasi kuota berburu Paus. Bahkan secara resmi, tahun 1986 komite tersebut melarang perburuan Paus di seluruh Dunia. Hingga sekarang larangan itu berlaku.
Meskipun kini Jepang, Norwegia, Islandia, negara negara dengan jumlah penggemar berburu Paus cukup banyak, meminta Komite PerPausan International mencabut larangan itu. Saat ini masih alot proses negosiasi perubahan aturan PerPausan tersebut.
Kalau larangan berburu Paus dicabut, barangkali wisata Whale Watching seperti di Teluk Auke dan tempat tempat lain penjuru dunia bakal gulung tikar, bangkrut. Mungkin akan banting stir, dari wisata Whale watching berubah menjadi Whale Hunting, berburu Paus. Entahlah.
Senja sangat tua, lampu lampu di terminal telah nyala. Kapal Tur merapat di dermaga. Rombongan kembali meniti jembatan. Menuju pinggiran daratan.
Oma seronok, driver kami yang baru berdiri menjulang disamping Bus. Penuh senyuman semerah dan selebar bunga Mawar. Meskipun berkulit putih gestur Oma driver mirip Tina Turner. Penyanyi Rock seronok berkulit hitam. Yang populer tahun 80 an.
Oma lincah memacu Bus untuk kembali ke Cruise. Mengakhiri wisata darat hari ini. Di satu tanjakan, tiba tiba Oma menunjuk ke atas. Dan setengah berteriak, thats American Eagle.
Di atas sopiran terpampang tulisan, Gratuities accepted for a Job Well Done.
Sudah kuduga....