Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Piknik di Ci Joglo Semar, CatPer 8

31 Agustus 2019   22:40 Diperbarui: 2 September 2019   21:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu saja kami juga masuk replika Masjid Demak yang sangat terkenal itu. Masjid yang konon dibangun oleh Sunan Kalijaga dan teman teman. Ada yang istimewa dari salah satu Soko atau tiang utama terbuat dari tatal atau serpihan kayu jati yang ditumpuk. Karena waktu itu terdesak oleh waktu, kehabisan bahan untuk satu pilar utama untuk menyelesaikan Masjid Agung Demak.

Selesai mengagumi rumah rumah adat, kami menyeberang. Meneruskan menyusuri walking trek di tepi danau yang cukup panjang. Berjalan santai, asyik dalam naungan pohon pohon bakau rimbun.

Di tengah dan tambatan, Perahu perahu kecil bertambat nganggur. Baru akan sibuk dipergunakan pada hari Sabtu Minggu kerika ramai pengunjung.

Di tengah danau mengapung kafe angkringan. Memanjang cukup luas, buka sampai malam hari saat akhir pekan. Menjual makanan dan minuman khas daerah Jawa Tengah.

Matahari sudah lebih sepenggalah, kami meninggalkan taman di pinggir laut utara. Berjalan jalan santai di Puri Maerakaca, adalah salah satu pilihan wisata yang cukup menarik di kota Semarang.

Puri Maerokoco, Semarang. Dokpri
Puri Maerokoco, Semarang. Dokpri
2.6. Lawang Sewu

#Misteri Gaya Art Deco di Pojok Tugu Muda#

Lawang Sewu, Semarang. Dokpri
Lawang Sewu, Semarang. Dokpri
Lawang Sewu, salah satu dari 102 bangunan kuno di kota Semarang yang dilindungi dan dilestarikan.
Lawang dan Sewu adalah bahasa Jawa yang berarti Pintu dan seribu. Lawang Sewu bangunan megah berpintu seribu, warisan jaman kolonial Belanda. Dengan gaya arsitektur Art Deco.

Sebenarnya pintu di bangunan ini berjumlah 429 buah. Sedangkan daun jendela yang berukuran tinggi mirip seperti pintu berjumlah 1200 daun. Orang Jawa disekitar bangunan  menyangka kalau daun daun jendela itu adalah pintu. Maka dinamailah bangunan ini dengan sebutan Lawang Sewu. Pintu Seribu.

Lawang Sewu berdiri cantik di pojok bundaran Tugu Muda  .... dulunya  bernama Wilhelmina plein.... di Jantung kota Semarang.

Pembangunannya diperuntukan sebagai kantor pusat Maskapai Kereta Api jaman Kolonial, Nederlands Indische Spoorweg. Rancangannya diselesaikan tahun 1903 oleh Arsitek Belanda, Madzab Amsterdam. Lawang Sewu dibangun selama 3 tahun, dari tahun 1904 sd tahun 1907.

Madzab Amsterdam adalah sekelompok Insinyur Arsitek yang banyak merancang bangunan bangunan dengan gaya sopistikit, artistik ornamental. Bagian dari aliran Art Deco. Bangunan seperti Gedung Sate, Gedung ITB di Bandung, Gereja Blendug, Lawang Sewu, Stasiun Tawang di Semarang, Stasiun Cirebon, Musium Fatahilah Jakarta, dsb adalah karya karya yang mengadop gaya Madzab Amsterdam itu. Central Station Amsterdam, adalah contoh karya monumental Madzab itu yang masih tegak indah perkasa hingga hari ini di pusat kota Amsterdam.

Sedangkan gaya Arsitektur yang lain adalah Madzab Delf. Delf, kota kecil di Belanda terkenal dengan Institut dan Sekolah Teknologi di negeri Kincir Angin. Madzab Delf merancang bangunan dengan gaya lebih sederhana, lugas dan fungsional dibanding Madzab Amsterdam. Jejak bangunan Madzab Delf jarang kita temukan di tanah air. Gedung Pusat UGM di Bulak Sumur Yogya, meskipun di arsiteki orang Solo mungkin lebih nyerempet dengan gaya Madzab Delf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun