Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Aneka Ragam Nuansa di Jepang, Capter 23

25 Agustus 2019   11:07 Diperbarui: 25 Agustus 2019   11:36 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moment of truth Nobunaga kepada Hiyoshi terjadi. Manakala pada suatu kesempatan Nobunaga akan berunding, sandalnya di lepas di luar ruangan. Di musim dingin yang bersalju, Hiyoshi tidak membiarkan junjungannya akan memakai sandal yang dingin ketika keluar ruang perundingan. 

Hiyoshi bersimpuh di depan ruangan. Memasukan sepasang sandal Nobunaga ke dalam kimononya agar tetap hangat. Meskipun dirinya harus menggigil kedinginan menahan udara musim dingin.

Meskipun itu hal sepele, Nobunaga semakin melihat bakat dan keistimewaan Hiyoshi. Sejak itu posisi Hiyoshi beranjak. Lalu ditunjuk sebagai pekatik Kuda. Tak lama pindah menjadi pengawas arang dan kayu bakar istana. Sampai akhirnya ikut berperang, menjadi pimpinan 30 prajurit.

Omotenashi yang ditunjukan Hiyoshi membuat dirinya berprestasi, dipercaya dan dihargai. Kariernya menanjak mendampingi Nobunaga. Bahkan akhirnya menggantikannya. Menuntaskan Visi penyatuan Jepang. Diantaranya banyak ditempuh dengan jalan damai.

Sedangkan Tokugawa Ieyasu penerus Hideyoshi adalah seorang  pembaca cuaca sosial politik yang tajam. Ahli mrngendus dan memanfaatkan momen momen terbaik. Karena baginya, kekuasaan adalah serangkaian peristiwa dan momen serta upaya bagaimana merespon dengan tepat waktu dan tepat sasaran.

Tak lama setelah Hiyoshi atau Hideyoshi mangkat tahun 1598 di usia 62 tahun, mulailah terjadi perebutan pengaruh dan kekuasaan diantara para pembantu seniornya. Tokugawa lah pemenangnya. Melalui peperangan dahsyat Sekigahara.

Pemerintahan militer keshogunan yang dirintis Tokugawa bertahan. Dua ratus tahun lebih memimpin Jepang.

Angin malam sedikit keras bertiup. Membuyarkan dialog tanpa suara antara awak dan Kastil Hitam Matsumoto di depanku. Ternyata Isteri dan anak berjalan jalan di taman. Sedangkan awak duduk sendirian di kursi. Mencangkung, melamun memandangi menara Kastil.

Kastil peninggalan sisa sisa masa Sengoku yang masih megah terawat. Kini menjadi warisan kebanggaan. Peninggalan sejarah, museum dan tentu saja destinasi wisata. UNESCO menetapkan Kastil ini sebagai warisan dunia. Kastil itu teronggok membisu memandangiku. Menyimpan berbagai misteri tak terungkap. Hanya sebagian kecil yang tersingkap.

Menjelang tengah malam, kami bertiga berjalan meninggalkan Kastil. Malam begitu terang dan sempurna. Meskipun tak ada bulan di langit kota Matsumoto.

Kembali ke kamar hotel. Membenahi koper dan bawaan. Terlintas petikan yang selalu dikutip. Kalau bercerita tentang 3 pahlawan sengoku itu. Kutipan yang mencerminkan perbedaan karakter Nobubaga, Tokugawa dan Hideyoshi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun