Mohon tunggu...
HME Irmansyah
HME Irmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Ipoleksosbud

Institute for Studies and Development of Thought (ISDT)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rizal Ramli Yang Memulainya

19 Desember 2015   20:03 Diperbarui: 6 Juli 2017   22:23 28243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumen Pribadi"][/caption]

Perangi Korupsi, Kepahlawanan Bentuk Baru.

Kalimat di alinea diatas adalah judul berita utama harian Kompas bulan lalu, menarik memang, karena situasi jaman dahulu berbeda dengan situasi sekarang. Dulu, para pahlawan mengusir penjajah agar Indonesia merdeka dari para penjajah.

Semangat para pahlawan yang mengusir penjajah demi kemerdekaan Republik Indonesia sangat relevan untuk di transformasikan dalam bentuk perjuangan baru memerangi korupsi. Kejahatan luar biasa itu adalah musuh bersama karena merusak kehidupan bangsa.

Saat ini pahlawan itu jauh lebih kompleks tantangannya. Dahulu, tantangan penjajah riil, tetapi hari ini kita menghadapi penjajah yang juga ada dalam diri bangsa kita sendiri.

Termenung sejenak saya ketika membaca headline harian Kompas diatas. Apalagi membaca komentar Prof. Saldi Isra dalam artikel headline tersebut. Betapa tidak? Diusianya yang ke 70 negara Indonesia ini dan dalam rangka memperingati hari pahlawan yang ke 70, ternyata didalam diri bangsa ini ada mental penjajah.  Tapi, apa boleh buat itulah fakta yang dengan mudah bisa kita lihat dan rasakan sehari-hari.

Racun bangsa ini adalah korupsi. Penghambat kemajuan bangsa dan negara ini adalah korupsi. Segala bentuk kongkalingkong di republik ini juga tak terkecuali "atur-mengatur", lobby tingkat tinggi termasuk juga masalah perpanjangan kontrak karya Freeport Indonesia  yang menyita banyak perhatian publik nasional maupun dunia internasional telah membuat rakyat Indonesia  marah, geram, emosi dan campur aduk perasaannya melihat adegan tidak lucu dan menyebalkan yang dipertontonkan oleh para pejabat dan politisi kita dalam sebulan ini. 

Ada apa dibalik ini semua?

Kita kilas balik ke belakang, saat DR. Rizal Ramli baru dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Maritim Dan Sumber Daya pada Kabinet Kerja pada tanggal 12 Agustus 2015 yang lalu. 

Ibarat permainan sepak bola. Disaat genting akhirnya diputuskan mengganti pemain dengan posisi sebagai Libero. Namanya Rizal Ramli, maka sang Libero Rajawali (demikian dia menyebut dirinya Rajawali) pun terbang di rumput, lari kesana kemari, bebas melakukan tendangan tapi terukur. Siapapun yang ditemui didepannya.... dihajar, di libasnya. Di kepak dan di kepret dengan sayapnya...... Sang Libero Rajawali pun terbang mencari mangsa, membuat taktik untuk mencari kesalahan lawan, siapa lawannya? Tim pemburu rente atau rent seekers.

Dia menggiring bola sehingga terciptalah tim lawan berbuat kesalahan di kotak penalti. Begitulah saya tamsilkan buat Rizal Ramli yang belum sampai sepuluh hari setelah pelantikannya telah terbang di rumput pertandingan menyelamatkan Indonesia dari kekacauan di sektor ekonomi akibat "proyek-proyek komando". Dia pertanyakan kebijakan pembelian pesawat oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang berencana berhutang sebesar 44,5 milyar dollar AS dari  China Aviation Bank. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun