Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosiologi Pekuburan Untoroloyo Solo

11 September 2017   10:59 Diperbarui: 11 September 2017   21:38 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut pekuburan Untoroloyo, Solo (Dokpri)

Saya jadi paham mengapa Pak Agus sangat hafal kuburan di Untoroloyo. Di satu sisi dia memang harus melayani para peziarah yang tidak selalu tahu persis di mana letak kuburan kerabatnya. Apalagi peziarah asal luar kota seperti saya.

Di sisi lain, sebagai perawat makam yang berharap rejeki dari kemurahan hati peziarah, dia berkepentingan nenuntun peziarah pada sebanyak mungkin makam. Sebab semakin banyak makam yang diziarahi, maka semakin banyak kerja pembersihan makam, dan semakin besar peluang untuk mendapatkan saweran yang lebih banyak.

Berbeda dengan perawat makam di Kampung Kandang Jakarta, yang mendapat kontrak informal rawat makam Rp 50,000 per bulan (baca: Sosiologi Pekuburan di Jakarta), perawat makam di Untoroloyo Solo mendapat rejeki secara acak. Tergantung ramai atau sepinya peziarah, jumlah makam yang duziarahi,  dan pelit atau dermawannya peziarah tersebut.  Tidak ada penghasilan tetap seperti perawat makam di Kampung Kandang, Jakarta.

Karena tidak ada kontrak informal rawat makam dengan kerabat mendiang, maka perawat makam di Untoroloyo tidak merawat makam secara rutin. Pak Agus dan kelompoknya hanya heboh membersihkan makam saat kerabat mendiang datang ziarah. Setelah itu makam dibiarkan saja, menunggu ada kerabat lagi yang datang menziarahi.

Lain ladang memang lain belalang, lain pekuburan lain pula organisasi pemeliharaannya. Di Kampung Kandang Jakarta, makam dirawat rutin oleh orang-orang migran dari Karawang. Di Untoroloyo Solo, makam dirawat secara insidentil oleh orang-orang asli kampung sekitar.

Tapi satu hal tetap sama, yaitu pekuburan adalah sumber nafkah halal bagi sekolompok orang yang mendedikasikan hari-harinya pada perawatan makam. Hal itu terjadi karena orang hidup tidak memutus hubungan dengan mendiang kerabatnya. Tetap ada relasi transenden yang memiliki konsekuensi biaya. Dimana ada biaya, maka di situ ada peluang nafkah.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun