Mohon tunggu...
Marihot Simamora
Marihot Simamora Mohon Tunggu... -

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengunjungi Makam Misionaris Martir di Tanah Batak

2 Februari 2019   20:09 Diperbarui: 2 Februari 2019   20:32 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen dan makam missionaris Pendeta Henry Lyman dan Samuel Munson, di Desa Lobu Pining, Adiankoting, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. (Foto by Mora)

Setelah mahir berbahasa Melayu, keduanya meminta izin pemerintah Belanda untuk pergi ke Tanah Batak. Permohonan mereka kemudian direstui.

Tanah Batak adalah impian Munson sejak ia sekolah pendeta di negerinya. Ia tertarik setelah mendengar informasi akan keindahan daerah tersebut. Juga tentang masyarakatnya yang masih menganut kepercayaan animisme yang disebut "Sipele Begu".

Hingga kemudian pada 17 Juni 1834 keduanya tiba di Tanah Batak. Melabuh di Kota Sibolga. Mereka melanjutkan perjalanan menuju Rura Silindung (sekarang Kota Tarutung).

Dalam perjalanan berhari-hari itu, rombongan Munson dan Lyman menembus hutan belantara, lembah, dan pegunungan. Meski ada informasi bahwa di Rura Silindung sedang berkemelut perang, namun mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan.

Sebelum tiba di Rura Silindung, mereka berhenti di pinggiran sebuah kampung (sekarang Kecamatan Adiankoting). Sebelum memasukinya, Munson mengutus seorang penerjemahnya ke kampung itu. Namun si penerjemah itu tak pernah kembali. Meski begitu mereka tidak curiga bahwa ada yang tidak beres.

Tiba-tiba, sekumpulan orang muncul dari balik pepohonan. Mereka adalah warga kampung tadi. Mereka berusaha mengusir paksa rombongan Munson dan Lyman.

Meski sudah berusaha menjelaskan tujuan kedatangan mereka dengan bahasa isyarat, namun orang-orang kampung itu tetap tidak paham. Situasi malah semakin buruk. Hingga terjadi pertikaian antara rombongan Munson dan Lyman dengan warga kampung itu.

Lyman rubuh ditembak bedil. Sedangkan Munson dipukuli tanpa perlawanan. Keduanya wafat dalam peristiwa itu. Informasi tersebut akhirnya diketahui oleh pemerintah Belanda.

Disimpulkan bahwa saat itu terjadi kesalahpaham antara penguasa kampung dengan rombongan Munson dan Lyman. Mereka dianggap musuh "si bontar mata" (orang asing) yang dicurigai sebagai antek penjajah.

Kematian martir mereka lantas dijadikan sebagai momentum bersejarah di Tanah Batak. Keduanya dikenang sebagai pendeta yang berjasa dalam misi kekristenan di Tapanuli. Sebagai bentuk penghormatan, maka dibangunlah makam dan monumennya.

Munson sendiri lahir tahun 1804 di New Sharser Maine. Sedangkan Lyman lahir pada tahun 1809 di Northhampton, Amerika Serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun