Hari ini banyak awan menggumpal. Pekat. Berwarna kelabu menggantang saja.Â
Ada sisa sisa embun. Hinggap di daun. Jatuh ke bumi. Lerai disesap tanah. Meniada diantara debu debu.
Hari ini banyak awan menggumpal. Jelas. Berwarna kelabu tanpa ada titik titik hujan. Mungkin sudah letih. Dibawa angin. Bersama petir melangkah pergi berduyun duyun.
Jika saja air itu jatuh. Dari pucuk mega mega di ketinggian ribuan kaki. Menempa bumi dan seluruh tumpah di wajahku. Tak ada yang tersisa kecuali hati yang kering. Dipinang oleh rindu. Dan kini luruh.
Hari ini banyak awan menggumpal. Enggan meneteskan air rupanya. Tak mau beringsut pergi. Berdiri saja mematung menatap wajahku payau.
Apakah itu kau? Rinai. Rintik rintik gerimis yang tumbuh berkecambah kemarin itu. Lihatlah. Wajahmu ditempa embun. Lihatlah retinamu melepaskan bulir bulir rindu. Hatimukah itu?
Masih kutemui di sana. Ada sisa sisa hujan bergelagah di sebelah sisi jantungmu.Â
Awan menggantang saja. Menggumpal ringan diantara belahan langit biru. Aku terduduk. Mengemasi aroma basah yang kemarin kau sisakan untukku. Untuk serintik air menetes. Hujan yang datang secara tiba tiba. Gigil diterpa angin.Â
Cathaleya Soffa
Legoso, 04 September 2017