Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kodrat Yang Teraniaya

27 Mei 2017   12:56 Diperbarui: 29 Mei 2017   02:55 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usai subuh kesibukan perempuan itu dimulai. Di dapur Laila, nama perempuan itu memulai awal pagi dengan satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.Pelu membasahai pipinya. Demikain dengan  kakinya. Terasa sangat pegal. Soal wajahnya jangan ditanya. Berantakan sekali. Menghapus pernik kecantikan diwajahnya yang eksotis sebagai seorang perempuan. Pekerjaan dapur dengan segala tetek bengeknya yang berkaitan dengan dapur seolah tak ada habisnya.

Laila memang menolak saat keluarganya memintanya untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi usai dirinya menamatkan pendidikan jenjang SMA.. Dirinya sudah menduga bahwa akhirnya dirinya akan berlakon seperti ini dan dalam posisi ini.

Menolak melanjutkan pendidikan tinggi bukan berarti Laila menentang kehendak kedua orangtuanya. Tidak sama sekali. Ilmu bagi perempuan ini media untuk membuka cakrawala berpikir dan membuat perspektif baru yang membuat manusia menjadi cerdas dan bukan hanya pintar. 

Keinginan Ayah dan Ibunya agar laila bisa menikah dengan lelaki pilihan mareka yang bergelar membuat ambiasi Laila menuntut ilmu kandas bak perahu nelayan di lautan yang luas. Dirinya tak kuasa menolak keinginan kedua orang tuanya yang usainya sudah makin merentah. Adalah sebuah ketidaklogisan baginya sebagai anak untuk menolak keinginan baik kedua orang tuanya agar dirinya bermasa depan yang indah dan cemerlang.

" Cagal itu dokter Nak, Dokter. Masa depannya jelas," bujuk ibunya.

" Kami hanya ingin kamu bahagia dan memiliki masa depan yang cemerlang. Apalagi masa depan sekarang sudah tak jelas akibat berbagai kebijakan pemimpin," sebut sang ayah.

Laika tak mengerti pula bagaimana akhirnya dirinya bisa hidup bersama lelaki yang tak pernah dicintainya itu. Laila juga tak mengerti bagaimana alur rumah tangga mareka. Sama sekali tak dipahaminya. Namun dilakoninya hingga sudah berjalan tahunan.

Pulang bekerja suaminya asyik dengan kesendiriannya. Kadang kembali ke Rumah Sakit untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien yang memerlukan pertolongan segera. Demikianlah alur kehidupan dirinya dan sang suaminya. Tak ada pertengkaran. Tak ada dialog sebagaimana layaknya pasangan suami istri lainnya. Tak ada. Keromantisan? Tak usahlah diceritakan. terlalu panjang dan rumit. 

iaila juga tak mau menyesali atas apa yang terjadi dalam alur kehidupan rumah tangganya. Tak ada gunya menyesali apa yang sudah diputuskan bersama dengan kedua orang tuanya dan pamannya. Ketika dirinya juga merasa putus asa dengan perjalanan cintanya yang tak jelas dengan lelalki pilihannya yang tak jelas akan meminangnya. Sementra usianya tak terbendung. Makin hari makin berrtambah. Apakah dirinya siap menerima sebutan gadis tua dai warga Kampung? Atau predikat gadis lapuk yang tak laku-laku sebagaimana syair sebuah grup band yang pernah didengarnya?

Perempuan itu juga menerima keputusan sang dan ibunya ketika meminta dia tidak bekerja ketika menikah dengan sang dokter. lelaki yang berprofesi sebagai dokter ini meminta Ayah dan Ibu Laila untuk membujuknya tidak bekerja ketika mareka menikah.

" Saya mohon dengan hormat kepada Bapak dan ibu untuk menyampaikan kepada dik Laila untuk tidak bekerja saat kami menikah," pinta sang suami kepada Ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun