Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kisah Matahari dan Rembulan, dari Seorang Perempuan

16 Desember 2019   15:52 Diperbarui: 16 Desember 2019   15:56 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kisah tentang seorang perempuan
yang memelihara matahari dan rembulan
lalu menanamnya di pelataran rumah
sebagai penanda usia
sekaligus anak tangga untuk menaikinya

Perempuan itu menyiraminya bergantian. Menggunakan bercawan airmata dan bertempayan hujan. Juga mengelilinginya dengan musim yang tak pernah berubah, meski cuaca seringkali berulah.

Hangat akan selalu tersedia di pelukan saat sarapan. Berikut lambaian tangan yang teduh ketika terik tiba menggantang kepala. Lantas di kedatangan petang, beberapa buah senyuman sudah tersaji di meja makan.

Perempuan itu mendidihkan hari-hari yang kelewat dingin dengan memanaskan perapian yang mati dihela angin. Baginya, matahari tak boleh muram, dan rembulan jangan sampai padam. Keduanya adalah lintasan rasi. Yang mampu mendiamkan teriakan sunyi.

Perempuan itu menyudahi kisah
sembari mengelus sudut matanya yang basah
kelak mataharinya
tak perlu mengetuk pintu, jika hendak menerbitkan rindu
juga rembulannya
tak usah membawa purnama, apabila akan tertidur di pangkuannya

Bogor, 16 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun