Melihat kekhawatiran hebat yang tercermin di wajah Citra, Raja mengeluh dalam hati. Apalagi ini?
Citra sekarang berdiri. Bersiaga sepenuhnya. Raja tak bisa main-main lagi. Situasi sepertinya sedang kritis dan berbahaya. Tanpa sadar Raja mengepalkan telapak tangan. Hawa hangat yang luar biasa tiba-tiba saja mengaliri tubuhnya seperti sedang sauna.
"Raja, "sesuatu" yang sedang menuju ke sini itu adalah utusan Mada. Mereka sudah mencium keberadaan kita. Kita harus mengatasi yang satu ini sebelum meminta Sin Liong agar memindahkan kita segera dari desa ini," Citra berkata setengah berbisik dengan pandangan mata tetap tak teralihkan dari arah timur. Arah di mana mendung hitam pekat seperti digiring dengan cepat menuju mereka berdua.
Raja mengangguk kuat. Kemarahannya terpancing. Harga dirinya sebagai lelaki mengambil alih keadaan. Ditariknya Citra agar berdiri di belakangnya. Raja menunggu dengan mata melotot. Kedua tangannya terkepal. Cincin yang sekarang tertanam di bawah kulit dan menyatu dengan daging dan aliran darah, terasa bergolak-golak.
Kedua muda mudi yang sudah siap siaga itu dikejutkan oleh sebuah ledakan besar tidak jauh dari tempat mereka berdiri begitu mendung hitam itu mulai melingkupi persawahan. Petir yang tidak sewajarnya menyambar dan melubangi pematang yang baru tadi pagi diperbaiki Raja.
Ledakan demi ledakan berikutnya terjadi secara beruntun. Angin bertiup dengan keras. Mengibar-ngibarkan pakaian dan rambut Raja dan Citra. Keduanya tidak bergeming.
Puncaknya adalah ketika kumpulan awan hitam itu meluncur menuruni angkasa dan bergumpal-gumpal di hadapan mereka dalam wujud seekor naga!
Raja dan Citra terkesiap. Mada mengirimkan utusannya yang paling mengerikan sejauh ini.
-----
Jakarta, 20 September 2019