Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reinkarnasi (Bab 26)

20 September 2019   15:42 Diperbarui: 20 September 2019   15:47 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sungoddess_by_aleah777

"Itu saja. Lakukan segera. Sore ini kau harus berangkat." Suara pelan tapi tegas itu membatalkan niat Hoa Lie yang siap memberondongkan pertanyaan demi pertanyaan yang berkeliaran di benaknya. Suhunya bisa bersikap sangat mengerikan bila hatinya terganggu.

Dulu Hoa Lie pernah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri di Cina saat suhunya mematahkan tangan seorang preman yang berkelahi sesama mereka di sebuah warung hanya karena mie yang sedang dimakannya tumpah terkena ekses perkelahian tersebut. Hoa Lie tidak mau bernasib sama.

Kembali Hoa Lie menjura dan membalikkan tubuh hendak melaksanakan perintah suhunya ketika suara itu kembali berdengung dingin di belakangnya.

"Lakukan apa saja yang kau rasa perlu untuk mendapatkan bagian manuskrip itu. Ingat! Membunuh lebih baik daripada melukai."

-----

Citra memperhatikan Raja yang sedang tertidur kekenyangan sehabis makan siang di dangau di tengah sawah setelah mencangkul pematang sepagian. Gadis ini telah menyatukan cincin tetua ke dalam tubuh Raja. Dia cukup tenang sekarang. Setidaknya Raja sudah bisa menjaga dirinya sendiri dari segala macam gangguan yang sifatnya gaib dan mistis.

Jauh di lubuk hati putri reinkarnasi ini, terjadi pergolakan. Antara menerima saja takdir yang telah menjadikannya sejarah epik seorang putri raja yang mempertahankan harga diri tapi tidak bisa menemui cinta sejati, dengan merubah sejarah yang akan menjadikan dia seorang putri raja penuh amarah namun bisa bersanding dengan cinta sejatinya.

Citra melepaskan diri dari lamunan. Indra keenamnya terusik kencang. Angin yang tadinya bertiup sepoi-sepoi serta berhawa sejuk mendadak berubah sangat dingin. Sebuah pertanda yang sangat dipahami oleh Citra. "Sesuatu" sedang menuju ke arah mereka berdua yang sedang beristirahat.

Citra memfokuskan semua "penglihatan" ke arah timur. Diliriknya Raja masih tertidur dengan nyamannya. Hmm, aku harus membangunkannya. "Sesuatu" ini memiliki aura yang sangat kuat. Mungkin dia tidak bisa menanganinya sendirian.

Sambil terus memperhatikan arah timur, Citra membangunkan Raja. Pemuda itu membuka mata dengan enggan. Tidurnya nyenyak sekali. Apalagi ditunggui oleh Citra. Rasanya dunia begitu tenang dan tidak berombak. Raja tersenyum kecil. Begitu matanya menangkap tatapan cemas Citra, Raja langsung duduk dan hendak bertanya.

Namun Citra menempelkan telunjuknya di bibir sambil memberi isyarat ke arah timur. Raja menoleh dan terperanjat bukan main. Langit di timur yang tadinya sangat cerah terlihat gelap. Padahal di arah selatan, barat dan utara, hamparan langit tetap berwarna biru. Dan kegelapan itu menuju ke arah mereka! Kegelapan yang disertai kilat dan suara gemuruh yang makin lama makin mendekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun