Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Linimasa

5 September 2019   05:50 Diperbarui: 5 September 2019   06:02 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat sepotong dinihari
tergeletak kesepian, di trotoar
yang telah begitu berjasa, menyangga ribuan kaki
setiap hari
tanpa menarik iuran, atau undangan pertemanan
ke dalam linimasa, sebuah lautan yang bertopan setiap harinya

Lampu-lampu jalanan
menopang dagunya, dengan cahaya tak seberapa
melirik dengan ujung mata
bagaimana rembulan tertatih-tatih
menegakkan tubuhnya yang separuh letih
separuhnya lagi, sibuk mendandani diri

Sampai tiba masanya
ketika purnama berhasil menarik perhatian kawanan serigala
untuk melolongkan peringatan
kepada siapa saja
untuk tidak mencederai kebenaran
dengan cara-cara nista, di kolom-kolom linimasa

Semesta nyaris telanjang bulat
mengundang kedatangan syahwat
linimasa yang berlibido tinggi
untuk memulai caci, memaki-maki
memperebutkan ujung belati
agar bisa dihunjamkan tepat di ulu hati

Dan kita semua, tanpa jeda
dirobek-robek mulut linimasa
untuk kemudian mengunyahnya, dengan rasa lapar tak terkira
lantas tubuh kita mendadak sangat tambun
karena dididik keras menjadi penyamun
oleh kerumunan linimasa yang memang terbiasa melanun

Majnun!

Jakarta, 5 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun