Duhai putri jelita dari tlatah sunda,
ijinkan aku menyelesaikan manuskripmu yang berakhir duka
aku akan menyimpan tangismu dalam gelas yang aku pahat dalam arca sejarah
bagaimana sepotong harga diri jauh lebih purnama dibanding berserah diri secara pasrah
Duhai putri beraroma melati yang menyarangkan belati di dada kiri,
ijinkan aku menulis patah hatimu dalam kisah tragis harakiri
menghela martabat yang tak bisa dijadikan alat jual beli
membela kebesaran cinta murni yang dibawa hingga mati
Duhai putri yang makamnya digali halilintar,
kisahmu aku tulis dengan jantung dipenuhi debar
dan tengkuk dingin menahan getar
sebab semburan darah dari dadamu membuat dudukku gemetar dengan pandangan nanar
Ijinkan aku,
sampai di ujung perjalanan hikayatmu
banyak debu yang harus dibersihkan
dari sayatan sembilu yang mesti dikremasikan
Ijinkan aku,
menyudahi kisah panjang
dalam cerita yang tak akan terbuang sia-sia
pada hiruk-pikuk zaman yang makin usang menua
Jakarta, 20 Juli 2019